Ghibah (membicarakan orang lain) yang dibolehkan

Kata GHIBAH aku baru mengetahuinya sekitar 4-5 tahun yang lalu. Waktu itu aku marah-marah pada seseorang yang aku anggap berbeda dalam hal pengamalan Islam. Pendapatnya yang sangat dia yakini bahwa manusia tidak perlu bershalawat pada Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam. Gurunya yang mengajarkan seperti itu. Ceritanya cukup panjang, tidak perlu diungkap di sini.

Aku pernah mencoba mengingatkan, terus aku bicarakan dengan temanku, lalu katanya itu ghibah. Akhirnya aku mencoba mencari tahu apa itu ghibah. Ghibah adalah perbuatan maksiat yang dosanya malah para ulama berpendapat dosanya lebih besar dibandingkan zina ataupun minum khamr. Karena zina itu berkaitan dengan diri sendiri, sedangkan ghibah berkaitan dengan orang lain jadi mesti minta maaf pada yang bersangkutan. Tidak mungkin bila kita tidak membicarakan orang lain, apalagi bila orang itu mengacaukan pemahaman kita. Setidaknya berusaha membicarakan pada orang yang lebih memahami hal itu lalu, berusaha meminta maaf pada yang bersangkutan.

Sekarang aku sudah tidak marah-marah lagi. Karena aku akhirnya menyadari bahwa manusia bertanggungjawab atas hal yang dilakukannya sendiri. Walaupun sebagai manusia yang berusaha lebih baik dalam mengamalkan ajaran Islam akan terus saling mengingatkan kesabaran, kebaikan dan kebenaran.

Setiap saat manusia sebaiknya saling meminta maaf dan memaafkan. Tapi ada saat tertentu dimana umat muslim saling menebar permintaan maaf yaitu saat menjelang Ramadhan dan di hari Idul Fitri. Yang penting meminta maaf, kalau orang tidak mau memaafkan dan mendengarkan alasannya, maka dia termasuk penghuni neraka, ini linknya Tidak masuk surga orang yang tidak mau memaafkan si peminta maaf .

Sumber dari sini

Namun, ada 6 kondisi ghibah yang dibolehkan, yaitu sebagai berikut :

Pertama, at tadhollum, mengadukan kedzaliman orang lain kepada kita, kepada pihak yang bisa menghentikan, misalnya raja, hakim, penguasa.

Kedua, dalam rangka meminta bantuan untuk mengubah kemungkaran yang terjadi, kepada pihak yang memiliki kewenangan dan kekuatan untuk melakukan perubahan.

Hukum dasar yang digunakan adalah bahwa tidak dibolehkan membiarkan kemungkaran.

Ketiga, al istifta, yaitu meminta fatwa atau menanyakan hukum yang menyangkut kekurangan orang lain, kepada ustadz yang memiliki pemahaman tentang hukum. Sebaiknya tidak dilakukan di depan umum, dan lebih baik jika disamarkan, tidak perlu menyebutkan identitas pelaku.

Keempat, tahdirul muslimin minal syahr, yaitu memberi nasihat tentang keburukan yang bisa menimpa seseorang. Misalnya kita mengetahui keburukan seseorang yang tersembunyi, dan ada orang yang kita khawatirkan akan terjebak dengan orang tersebut. Yang harus diwaspadai adalah tidak boleh ditumpangi niat hasad. Atau misalnya ada rekan kita yang kurang amanah menjalankan tugas, maka kita dapat menyampaikan informasi tersebut ke atasannya.

Kelima, untuk orang yang melakukan kemaksiatan terbuka. Jika seseorang khilaf melakukan kemaksiatan lalu bertaubat, maka kita wajib menutupi aib tersebut.

Namun jika ada orang yang bermaksiat, sudah diperingatkan tidak juga berubah, dan bangga dengan kemaksiatan tersebut, maka membicarakannya termasuk hal yang dibolehkan.

Keenam, dalam rangka ta'rif, ketika ada seseorang memiliki ciri-ciri fisik yang merupakan kekurangan, dan dengan itulah dia dikenali, kita dapat menyebutkan kekurangan tersebut tanpa maksud merendahkan.

Dalam memuji pun kita harus berhati-hati, jangan sampai menggelincirkan orang yang dipuji.


Semuanya bergantung niat, sehingga tidak bisa disamaratakan per kasus, bahwa membicarakan orang lain itu sudah pasti berdosa. Niat apa sehingga membicarakan orang itu, apakah sekedar ada kepuasan karena menghina, itu memang tidak diperbolehkan dalam Islam. Tetapi orangnya melakukan kemaksiatan secara terbuka, ingin mencegah kemunkaran dan memberi teguran maka dibolehkan dalam Islam. Bila yang ditegur sudah bertaubat, maka sebaiknya hal itu tidak dibicarakan lagi.

Comments

  1. ~manusia tidak perlu bershalawat pada Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam...? ajarannya gitu??

    Subhanallah ... malaikat aja tak henti2nya bersyalawat ...

    ReplyDelete
  2. Kadang tanpa sadar kita membicarakan orang lain saat lagi ngobrol-ngbrol asyik dan gayeng dengan teman-teman ya Mbak..

    ReplyDelete
  3. Kadang tanpa sadar kita membicarakan orang lain saat lagi ngobrol-ngbrol asyik dan gayeng dengan teman-teman ya Mbak..

    ReplyDelete
  4. tulisanku tentang BBM ulil gimana tuh mbak, yg kayak gini beredar di media islam

    tapi akan sulit beredar di media umum, tahu sendirilah kekuatan JIL di media umum

    ReplyDelete

Post a Comment