Orang shaleh berharap kebaikan pada orang lain tapi tetap waspada

Sudah sunatullah bahwa orang shaleh akan berkumpul dengan orang shaleh. Sesama orang shaleh akan menikmati mengikuti pengajian, mendengarkan pembacaan ayat-ayat Al Qur'an dan pengkajian tafsir karena di tempat itulah tempat menempa diri menjadi manusia yang lebih baik di mata Allah.

Dalam lingkungan sekitar kita, tidak bisa dihindari godaan manusia yang mengajak ke arah maksiat. Kelompok pemuja hedonisme yang konsumtif, sex bebas, melanggar ajaran agama semaunya. Tidak hanya orang kaya pemuja hedonisme, orang miskin yang panjang angan-angan juga termasuk melanggar ajaran Islam. Karena pembicaraan dan kebesaran jiwa yang berbeda, penikmat hedonisme dan orang panjang angan-angan tidak akan bisa nyambung dengan orang shaleh, kecuali mereka ini akhirnya memutuskan bertaubat total.

Berteman tidak selalu berarti akrab, bersikap ramah dan lembut pada semua orang itu memang perlu, tapi tetap perlu waspada. Barangkali untuk pemahamanku saat ini adalah, kepada orang shaleh kita memang selalu berprasangka baik. Tapi sebelum kita tau orang ini baik atau tidak kita perlu waspada. Bila akhirnya ketahuan orang ini menjahati kita berharap kebaikan padanya, walau kita lebih baik menghindari dia.

Orang shaleh yang berjiwa besar akan memaafkan orang lain, bersikap lembut, segera intropeksi diri. Menghadapi orang yang suka marah-marah tetap tegas, bahasa santun, tidak menghakimi walau tau betul orang itu melakukan kesalahan. Toh Allah yang akan melakukan pembalasan seadil-adilnya pada semua orang atas kebaikan dan kejahatan.

Semoga, aku bisa banyak belajar agar lebih baik dari yang aku lihat dari kejadian di sekitarku...

Comments

  1. TErus terang, memaafkan orang lain terkadang suliiittt sekali, apalagi jika rasa sakit yg ditimbulkannya dalem banget. tapi memang sih seharusnya kita bisa saling memaafkan agar dapat hidup dg hati yg damai ya mbak...?

    ReplyDelete

Post a Comment