Sejauh mana kita mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

Banyak orang mencandai tentang Sunnah Rasul. Ada yang bilang hari Kamis mesti menggauli istri karena ibarat membunuh yahudi sekian banyak. Padahal musuh muslim bukan yahudi tapi zionis. Banyak orang Yahudi yang masih bersikap baik pada kaum muslim. Tentang perbedaan keyakinan, biar nanti saat di akhirat ketahuan siapa yang paling benar.

Atau Sunnah Rasul tentang poligami, orang-orang yang beristri lebih dari satu katanya mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Padahal seperti tulisanku tentang poligami, linknya di sini , hindari poligami bila tidak bisa adil. Bisa gak istri kedua lebih tua dan tidak lebih cantik daripada istri pertama? Menikah lagi semata-mata karena ingin memuliakan seorang wanita yang sedang kesulitan? Dan direstui oleh istri pertama tentu saja.

Ada lagi, tentang jenggot. Sebetulnya ada kisah di belakang sunnah jenggot ini. Waktu perang baju kaum muslim dan quraisy sama, agar memudahkan makanya supaya kaum muslim yang berperang menggunakan jenggot. Ini kisah aku dengar dari pak Munichi, saat pengajian di rumahku. Yang namanya sunnah itu dilakukan berpahala, tidak dilakukan tidak apa-apa.

Pak Munichi menambahkan, bahwa sebetulnya yang paling penting dicontoh dari sunnah Rasul adalah akhlak beliau yang mulia. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tidak suka dikultuskan, dicontoh hingga sedetil-detilnya. Tentang beliau makan dengan 3 jari, itu adalah saat makan kurma. Atau tidur di atas anyaman pelepah kurma. Menurut pak Munichi masih kurang jelas jenggotnya sepanjang apa, tapi rambut Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyentuh pundak. Jadi nanggung banget kalo cuman pake gamis, celana congklang, mencukur kumis, memanjangkan jenggot, harusnya sekalian memanjangkan rambut sampai pundak. Yuk saingan sama rambutku yuuuk.

Akhlak yang mulia salah satunya adalah TIDAK MARAH. Tentang FPI... sebetulnya yang terbawa emosi adalah yang masih muda-muda. Darah muda... masih sulit mengontrol emosi. Seharusnya, seharusnya semakin tua memang semakin bijak, tenang, tidak mudah marah. Tapi kayaknya selain hawa nafsu kemarahan, yang tua-tua ini malah jadi sulit mengendalikan nafsu syahwat. Gimana caranya supaya tidak bosen dengan istri sendiri dan mengendalikan pandangan menggoda dari cewek yang bajunya kurang bahan. Hmm... aku bukan laki-laki sih, kurang paham... tapi setauku dengan rajin puasa sunnah di luar puasa wajib di bulan Ramadhan. Bila anggota FPI yang masih muda itu mau bertaubat, intropeksi diri lalu tidak diulangi, tentunya mesti dimaafkan.

Belajar Islam mesti cerdas. Karena waktu kita terbatas, uang kita terbatas, kemampuan kita juga terbatas, mesti memprioritaskan mana yang bisa kita lakukan. Cerdas dalam arti, dalam hal mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, mulailah dari mengikuti akhlak beliau. Hampir tidak pernah marah, karena merengut sedikit turun firman Allah berupa ayat Al Qur'an. Wajah yang selalu berseri-seri membuat yang lain merasa nyaman. Selalu memaafkan, membantu yang membutuhkan diutamakan pada keluarga lalu teman dekat. Setelah tengah malam waktunya digunakan untuk shalat malam.

Hidup itu hanya sebentar sekali, dan semua hanya untuk mencari bekal untuk ke kehidupan setelah kiamat. Bila mengaku muslim mesti mempercayai hari akhir kan. Kalo masih muter-muter dunia terus, nurutin hawa nafsu, nafsu syahwat, berniat bertaubat kalo sudah tua, karena masih ingin menikmati dunia mumpung masih punya uang, berarti jiwa masih kacau karena hati nurani dan yang dilakukan berbeda. Mau mengamalkan Islam secara benar itu dengan berjiwa besar dan berakhlak baik akan membuat kita tenang tak mudah goyah akan segala cobaan. Belum lagi janji Allah akan memberi jalan keluar tak disangka dan dicukupi hidupnya bagi yang tawakkal dan bertakwa...

Allah berfirman
"Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. "(QS. Ash Shaad : 46)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
"Sesunggunya orang yang paling aku cintai dan paling dekat kedudukannya denganku pada hari qiyamat adalah yang paling baik akhlaknya". (HR. Tirmidzi: 4/370 dan lihat Shohihul Jami': 15350)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
"Orang-orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya". (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
"Tidak ada sesuatu yang dapat memperberat timbangan (kebaikan) seorang mukmin pada hari qiyamat selain kebaikan akhlaknya". (HR. Tirmidzi)

Comments