Melakukan inovasi dalam bisnis

Rasanya motivator dan penulis yang mengajarkan jadi kaya raya, banyak uang itu laris manis banget. Yang twitternya diretweet ribuan kali, ucapannya dikutip di status Facebook. Kebetulan mereka itu memang tipe yang pandai bicara. Pandai mempresentasikan diri. Masalahnya tidak semua orang begitu.

Beberapa kali dicurhati orang yang punya skill tapi terjebak dalam birokrasi. Ada penyanyi, chef, insinyur, yang cerita bahwa hidupnya hanya untuk bekerja tapi tidak bisa menikmati hidup. Yang penyanyi punya modal, tapi cerita faktor umur membuatnya dia tidak begitu laku. Mau buka usaha, istrinya pendiam, pasif. Dia sendiri gak tau mau jual apa, di sekitar rumahnya sudah banyak yang menjual macam-macam.

Seorang chef yang skillnya membuatnya diangkat menjadi eksekutif chef di suatu hotel, uangnya sebagian besar untuk cicilan rumah. Bahkan waktu aku cerita aku qurban kambing, dia bilang gak punya uang untuk beli kambing, Aku sarankan dia pindah ke tempat lain, dia memang pengen, tapi memulai sesuatu yang baru tidak mudah. Di rumahnya dia ketemu anak-anaknya, sedangkan di tempat lain dia mesti kost hidup sendirian.

Atau seorang mantan insinyur yang bekerja di penerbangan. Akhirnya memutuskan keluar dan membuat usaha penyewaan mobil, dia bawa sendiri mobilnya. Lama-lama umurnya semakin tua, mulai mengeluh kehabisan tenaga, tapi sudah tidak bisa mikir lagi untuk mengembangkan usahanya.

Memang mudah seorang Ippho bilang, gunakan otak kanan untuk inovasi. Karena orang-orang yang aku sebut di sana memang kuat dengan otak kirinya. Disarankan begini begitu, alasannya gak jauh dari modal, gak tau memulainya dari mana, gak punya skill selain yang dimilikinya sekarang.

Allah bisa saja memberi rejeki berlimpah pada seseorang, tidak langsung memang. Kadang tidak harus dalam bentuk uang, dalam bentuk keberuntungan. Gak sengaja ketemu ini nawarin usaha itu. Juga dalam pemahaman, mendadak otak kanannya aktif.

Hanya sedikit orang yang mau percaya dengan ceritaku saat aku masih sekolah dan kuliah, aku sama sekali tidak berniat menulis. Sekarang aku suka menulis menceritakan pengalamanku... serasa mendadak dangdut... eh, mendadak punya otak kanan yang aktif.

Syarat agar Allah membukakan pintu rejeki, keberuntungan, dan pemahaman otak kanan adalah dengan bertakwa. Bagaimana cara bertakwa. Dimulai dari menjadi Muslim, melakukan syahadat. Lalu menjadi orang beriman yang percaya kebesaran Allah, berusaha khusuk saat ibadah, saat shalat dan melakukan ibadah lain. Lalu di bulan Ramadhan, bila bulan itu kita mau memahami Islam, berpuasa karena Allah, melakukan taubat, meminta maaf pada orang lain, Insya Allah naik lagi posisi kita menjadi orang bertakwa. Orang bertakwa Insya Allah dimudahkan orang dalam hidupnya. Harapannya banyak terkabul, entah dari mana jalannya.

Bulan ini sampai pertengahan tahun depan rasanya akan jadi bulan sibuk. Akhir tahun aku akan ke Surabaya, nonton pertandingan baseball klubku, gak main loh cuman nonton. Kebetulan ada libur sekolah. Sekalian pas libur aku mau urus paspor. Awal Januari ada pernikahan keponakanku di Bandung. Bulan Maret mau ngerayain ultah anakku kembar di Panti Asuhan. Bulan April, Insya Allah aku mau berangkat umroh.

Padahal siapa sih aku tadinya. Orang depresi yang terkungkung dalam pernikahan yang tidak bahagia di Bogor. Sibuk mengurus anak kembar tidak diberi nafkah wajar, hanya 20 ribu sehari oleh suami yang bekerja pada kakaknya yang punya salah satu bengkel terbesar di jalan protokol kota Bogor. Masih bisa survive karena dikirimi uang oleh almarhum Bapakku lebih besar dari gaji suami. Waktu tinggal sama mertua tidak boleh ikut makan dengan alasan tidak nyumbang uang belanja, lebih suka membuang sisa makanan yang berlebihan ke sampah daripada aku makan. Kalo ada acara ultah dimaki-maki sama salah satu keponakan kalo gak ngasih kado gak usah dikasih makan di pesta ultahnya.

Keluarga besar yang tidak wajar dalam menjalani hidupnya, Islam yang dijalankan hanyalah Islam tradisi penuh amalan gak jelas. Sehingga mata hatinya jadi mati, tidak tertarik untuk memahami Islam yang benar. Aku sangat bersyukur bisa keluar dari keluarga besar itu...

Comments