Mukmin sejati memiliki akhlak yang mulia

Benarkah tulisan itu mencerminkan kepribadian seseorang? Kalo tulisannya agamis, pasti orangnya juga begitu. Kalo tulisannya bahasa preman, orangnya preman jugakah? Suka malak gitu... Kenapa bahasa kasar identik dengan bahasa preman yah... apa karena para preman itu kerjaannya cenderung jadi centeng, bersikap garang, kuat, bicaranya paling keras, paling kotor dialah yang menang.

Tulisan kan bisa saja merupakan copy paste. Tulisan menarik di blog lain dipajang di blognya untuk pencitraan diri. Atau banyak baca buku tentang kebijaksanaan misalnya, terus dari tulisan itu bisa menginspirasi tulisan yang sepertinya bijaksana. Tapi akhir-akhir ini aku menemukan banyak tulisan yang gak nyambung dengan kepribadian aslinya. Beberapa penulis blog yang memikat tulisannya ternyata suka mengeluarkan kata-kata kasar di social media. Sisi bijak untuk menulis, dan kadang mereka capek untuk jadi bijak, akhirnya sesekali ingin mengeluarkan sisi setannya entah di twitter atau facebook. Kadang manusia memang khilaf, tapi beberapa orang ini tidak merasa bersalah. Nyaman dengan sisi kasar mereka.

Mengutip sedikit dari tulisan di blog Syafi'i Akrom

“Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Mahaindah dan mencintai keindahan. Dia mencintai akhlak yang tinggi dan membenci akhlak yang rendah.” (HR Ath-Thabrani dan Ibnu Asakir)

Dengan kemuliaan akhlak seorang mukmin mampu mencapai derajat yang tinggi Ia akan mendapat derajat sama dengan derajat para mujahid fi sabilillah, para ahli ibadah, orang-orang yang senantiasa berpuasa, orang-orang yang shalat di malam hari dan orang-orang yang beristighfar di sore hari. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya seorang muslim musaddid (ibadahnya sedang-sedang saja) akan mampu mencapai derajat orang-orang ahli puasa yang mendirikan ayat-ayat Allah, disebabkan oleh keindahan akhlaknya dan kemuliaan prilakunya.”(HR Ahmad dan Ath-Thabrani)

Nabi saw juga menjelaskan bahwasanya orang mukmin yang imannya paling sempurna adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Dan dengan kemulian akhlak seorang mukmin dapat mencapai derajat orang-orang yang berpuasa dan menunaikan zakat.

Orang-orang yang berakhlak luhur, berwatak mulia dan berperilaku bersih adalah manusia yang paling dicintai oleh Baginda Nabi dan akan mendapat tempat terdekat dengan beliau kelak pada Hari Kiamat. Dalam sebuah hadits, beliau menyatakan bahwasanya orang yang paling beliau cintai dan akan mendapat tempat terdekat dengan beliau pada Hari Kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya. Sedangkan orang yang paliang beliau benci dan yang paling jauh tempatnya dengan beliau pada Hari Kiamat kelak adalah orang yang buruk akhlaknya, yaitu Ats-Tsartsarun (orang-orang yang banyak bicara), Al-Mutasyadidiqun (orang-orang-orang yang suka memanjangkan pembicaraan) dan Al-Mutafayhiqun (orang-orang yang congkak.).

Akhlak yang mulia juga akan menjadikan timbangan kebaikan seseorang bertambah berat pada Hari Kiamat kelak. Hitungan amal baiknya akan meningkat sedangkan timbangan amal buruknya akan berkurang. Rasulullah saw bersabda, “Tiada sesuatu yang lebih bisa memberatkan timbangan (kebaikan) orang mukmin pada hari kiamat, daripada akhlak yang baik. Sesungguhnya Allah membenci orang yang berkata kotor dan hina.(HR At-Tirmidzi)


Orang yang mempunyai akhlak mulia akan merasa tidak nyaman dan bersalah bila mengeluarkan kata-kata kasar dan menyakiti hati orang lain. Akhirnya berpulang pada manusia itu sendiri, mau disegani di mata orang lain tapi dilaknat oleh Allah, atau memilih berusaha  menyampaikan kebenaran dengan kata-kata yang baik walau tidak populer. Karena untuk selalu berusaha mulia di mata Allah, sering dianggap tidak gaul. Bila bergabung dengan teman-teman yang suka menggosip, tidak merasa nyaman. Teman-teman lain bicara soal gonta-ganti baju mahal, yang dibayangin, wah ini bisa untuk bantu orang yang sedang kesulitan.

Beberapa orang memang tulisannya sesuai dengan kepribadian, yang konon sering disebut menulis dari hati. Hati itu sendiri ternyata bagi beberapa orang bisa bikin capek untuk fokus jadi orang baik. Banyak orang yang ternyata ada terselip sifat kasar yang ingin ditumpahkan, menjadi diri sendiri katanya. Sebetulnya fitrah manusia itu dilahirkan suci, jadi sifat kasar yang mengotori hati adalah efek lingkungan buruk yang diserap.

Aku sendiri masih belajar tentang akhlak mulia ini, merasa begitu banyaknya kesalahanku di sana sini. Belajar dari semua yang aku tulis, dan semoga juga bermanfaat bagi yang membacanya...

Comments

  1. Ya, akhlak mukmin mestinya adalah akhlak yang mulia. Sesuai dengan petunjuk dalil2 di atas.

    Ada satu hal yang tampaknya sengaja tidak dibeberkan secara blak-blakan dalam dalil2 soal akhlak, Mbak. Ini bisa jadi pancingan untuk kewajiban manusia ber-iqra. satu hal itu adalah:

    Seperti apakah akhlak mulia itu?

    -apakah bertingkah laku "saleh kemayu" seperti para biksu di film hongkong? Yang ditampar pipi kiri, menyerahkan pipi kanannya?

    Nah, sebenarnya topik ini juga jadi rencana postingan di blog sarang..tapi .. itulah Mbak.. terlalu banyak topik di kepala saya ini berebut untuk duluan diposting.. jadinya malah belum mosting satupun juga >.< xD

    insyaAllah, jika sudah waktunya dilahirkan, maka benih topik itu akan lahir juga ya.. semoga masih ada umur untuk melakukannya.. Amin. :)

    ReplyDelete
  2. @ muxlimo, sebetulnya aku juga heran dengan para penulis "bijak" ini. Bila ada yang memusuhi aku, kadang kaget juga salahku apa. Akhirnya sih akhirnya ketauan dari postingannya yang nyeleneh tanpa disadarinya. Aku bisa merasakan. Dan sindiranku kadang bikin mereka menjauh dari aku. Yah, siapa sih aku ini, bukan penulis terkenal, hanya sekedar hamba Allah yang mencari ilmu dengan menuliskan uneg-uneg di sini, dan malah sering bentrok dengan penulis-penulis yang tulisannya terkesan bijak.

    Kayaknya kalo aku mulai menyimpang pasti juga kelihatan, tapi semoga Allah segera meluruskan jalanku kembali.

    Bagi blogger-blogger yang terang-terangan memusuhi aku, kalian memang sempat menyakiti hatiku, tapi dari kalian aku mendapat inspirasi. aku mendoakan kalian agar ditunjukkan Allah ke jalan yang benar. bagaimanapun juga menyambung silaturahmi lebih banyak untungnya dibandingkan memutuskannya...

    ReplyDelete

Post a Comment