Kesadaran berkerudung lebih berarti dibanding pemaksaan
Lagi-lagi masalah kerudung. Aku heran, kenapa masalah kerudung kok suka dipersulit. Misalnya, kerudung yang benar seharusnya menutupi dada, dengan baju gamis berbahan tebal. Atau ada model kerudung yang menjulang tinggi katanya itu seperti punuk unta, menggunakan kerudung model punuk unta yang di dalamnya rambutnya disanggul atau tonjolan tambahan tidak bisa mencium bau surga.
Makanya tidak heran kalo baru dengar sepintas tentang Islam, bahkan yang lahir dari keluarga yang beragama Islam, males bawaannya untuk belajar Islam. Bahkan kayak aku dulu yang mikir, aku mau jadi penganut Islam yang bukan fanatik, soalnya yang fanatik bawaannya perang, pake baju berbahan tebal, kerudung longgar, atau malah menggunakan cadar?
Ada beberapa artis di dunia hiburan, ada penyanyi, musisi, presenter yang tadinya menggunakan baju muslim mendadak setelah bercerai menggunakan baju biasa. Bukan biasa lagi, malah model kemben atau tanktop, tidak usah aku sebut namanya.
Sebetulnya Islam itu bukan untuk menyulitkan hidup, tapi memudahkan. Kalo sejak awal punya persepsi belajar Islam itu berat, maka akan cenderung menunda-nunda. Ntar ah kalo sudah tua. Mumpung masih bisa menikmati hidup ya nikmatin aja. Makanya ujian bersyukur lebih sulit daripada ujian bersabar. Bila dalam kesulitan, baru belajar Islam, setelah masalah teratasi sibuk bersenang-senang lagi. Sudah tau yang benar dan salah tapi males dipikirin. Barangkali menjadi seperti Qarun yang akhirnya sombong merasa semua yang dimilikinya adalah hasil pemikiran dia sendiri, padahal saat masih miskin rajin berdoa pada Allah.
Jadi aku cenderung memilih untuk memberi toleransi pada wanita yang belum menggunakan kerudung. Bila menggunakan baju muslimpun, tidak usah ikut-ikutan Arab yang konon disana hawa nafsunya para lelakinya begitu tinggi. Bukankan banyak TKW yang diperkosa, bahkan ada penampungan anak-anak keturunan Arab di suatu daerah. Apa iya kita mesti mengadopsi budaya Arab secara utuh termasuk cara berpakaian?
Definisi kesopanan bisa berbeda di berbagai negara, bahkan di Indonesia, misalnya kalo ke Bali di pantai menggunakan bikini atau baju renang minim tidak akan diomongin. Kalo hati terpaksa menggunakan jilbab , bisa jadi saat liburan di tempat yang dianggapnya tidak ada kenalan yang melihat, tau-tau memilih menggunakan bikini.
Menurutku, dari suatu diskusi mana yang lebih penting antara membersihkan hati atau menggunakan jilbab, aku berpendapat hal itu tidak perlu dipermasalahkan. Lebih penting usaha mau belajar tentang Islam. Seandainya ada non muslim tertarik dengan Islam, tentunya disupport untuk belajar tentang Islam. Bila sudah mantap barulah disupport untuk mengucap syahadat. Karena masalah hidayah itu lagi-lagi hak prerogatif Allah, seperti halnya siapa saja yang berhak masuk surga.
Baru ingin mengerti tentang Islam belum-belum sudah dikasih gambaran, ini dosa, itu dosa. Mesti shalat lima waktu, pake kerudung, bayar zakat, puasa di bulan Ramadhan. Islam itu sebetulnya mengajarkan tentang toleransi, persahabatan, kasih sayang, bicara dengan bahasa sopan, menghilangkan dengki, menghindari kesombongan yang semuanya akan menjadikan hati kita tenteram.
Kata ustad saat aku belajar Islam di Bogor, hendaknya kita memiliki ilmu, iman dan amal. Bila ilmu sudah dimiliki, iman semakin kuat, maka akan tumbuh kesadaran untuk mengamalkan semuanya tanpa paksaan...
Makanya tidak heran kalo baru dengar sepintas tentang Islam, bahkan yang lahir dari keluarga yang beragama Islam, males bawaannya untuk belajar Islam. Bahkan kayak aku dulu yang mikir, aku mau jadi penganut Islam yang bukan fanatik, soalnya yang fanatik bawaannya perang, pake baju berbahan tebal, kerudung longgar, atau malah menggunakan cadar?
Ada beberapa artis di dunia hiburan, ada penyanyi, musisi, presenter yang tadinya menggunakan baju muslim mendadak setelah bercerai menggunakan baju biasa. Bukan biasa lagi, malah model kemben atau tanktop, tidak usah aku sebut namanya.
Sebetulnya Islam itu bukan untuk menyulitkan hidup, tapi memudahkan. Kalo sejak awal punya persepsi belajar Islam itu berat, maka akan cenderung menunda-nunda. Ntar ah kalo sudah tua. Mumpung masih bisa menikmati hidup ya nikmatin aja. Makanya ujian bersyukur lebih sulit daripada ujian bersabar. Bila dalam kesulitan, baru belajar Islam, setelah masalah teratasi sibuk bersenang-senang lagi. Sudah tau yang benar dan salah tapi males dipikirin. Barangkali menjadi seperti Qarun yang akhirnya sombong merasa semua yang dimilikinya adalah hasil pemikiran dia sendiri, padahal saat masih miskin rajin berdoa pada Allah.
Jadi aku cenderung memilih untuk memberi toleransi pada wanita yang belum menggunakan kerudung. Bila menggunakan baju muslimpun, tidak usah ikut-ikutan Arab yang konon disana hawa nafsunya para lelakinya begitu tinggi. Bukankan banyak TKW yang diperkosa, bahkan ada penampungan anak-anak keturunan Arab di suatu daerah. Apa iya kita mesti mengadopsi budaya Arab secara utuh termasuk cara berpakaian?
Definisi kesopanan bisa berbeda di berbagai negara, bahkan di Indonesia, misalnya kalo ke Bali di pantai menggunakan bikini atau baju renang minim tidak akan diomongin. Kalo hati terpaksa menggunakan jilbab , bisa jadi saat liburan di tempat yang dianggapnya tidak ada kenalan yang melihat, tau-tau memilih menggunakan bikini.
Menurutku, dari suatu diskusi mana yang lebih penting antara membersihkan hati atau menggunakan jilbab, aku berpendapat hal itu tidak perlu dipermasalahkan. Lebih penting usaha mau belajar tentang Islam. Seandainya ada non muslim tertarik dengan Islam, tentunya disupport untuk belajar tentang Islam. Bila sudah mantap barulah disupport untuk mengucap syahadat. Karena masalah hidayah itu lagi-lagi hak prerogatif Allah, seperti halnya siapa saja yang berhak masuk surga.
Baru ingin mengerti tentang Islam belum-belum sudah dikasih gambaran, ini dosa, itu dosa. Mesti shalat lima waktu, pake kerudung, bayar zakat, puasa di bulan Ramadhan. Islam itu sebetulnya mengajarkan tentang toleransi, persahabatan, kasih sayang, bicara dengan bahasa sopan, menghilangkan dengki, menghindari kesombongan yang semuanya akan menjadikan hati kita tenteram.
Kata ustad saat aku belajar Islam di Bogor, hendaknya kita memiliki ilmu, iman dan amal. Bila ilmu sudah dimiliki, iman semakin kuat, maka akan tumbuh kesadaran untuk mengamalkan semuanya tanpa paksaan...
Tapi saya kadang bingung dengan temen2 cewek saya.. (~_~ Kebanyakan alasan mereka memakai kerudung cuma buat nutupin rambut mereka yang habis di warnain gitu (~_~ katanya takut kena marah guru (~_~
ReplyDeletesering "fanatik beragama" itu dipakaikan oleh pemeluknya dengan sangat individual dan exclusive, sehingga terlihat sekali perbedaan di penampilannya (kulit), padahal beragama itu juga menyangkut bagaimana melebur dalam lingkungan sosial, sedapatnya menghindari friksi-friksi dari hubungan bermuamalah,
ReplyDeleteMasalah berjilbab hanyalah kata lain dari berupaya menutup aurat.
Dan selain aurat fisik terdapat juga aurat batin, di aurat batun ini yg sebenarnya dan utama yakni menjaga jangan sampai tertelanjangi oleh "dosa"
Maaf,. saya boleh kritik membangun kan???
ReplyDeletekenapa photo profil dari blog anda ini tidak mencerminkan apa yang anda postingkan ???
@Panglima, itu foto saya 2 tahun lalu saat saya belajar Islam.
ReplyDeleteSaya bukan salafy yang mesti pake burkha, kaos kaki dan kerudung menutupi dada.
Saya muslim Indonesia, dan seperti di tempat kerja saya, kerudung pendek dibolehkan selama baju tidak ketat atau transparan.
Bahkan saya lebih menghargai yang tanpa kerudung tapi mempunyai akhlak baik dibanding memakai kerudung tapi kecentilan dan gandengan mesra sama pacar.
saya masih berpendapat baju itu ada unsur budaya. banyak yang berbeda pendapat... silakan. salah satu kenalan saya meninggal dunia di Mekkah saat haji padahal sehari-harinya tidak menggunakan kerudung, tapi saya mengenal beliau sangat sabar.
Pemahaman ridho Allah tentang kerudung memang berbeda-beda setiap orangnya... perlu saling menghargai dan menghormati. Jangan merasa lebih baik. Merasa sombong atau lebih baik itu sikap iblis saat merasa lebih baik dibandingkan manusia.