Belajar dari orang yang sudah meninggal, mungkinkah?

Belajar dari orang yang sudah meninggal itu mungkin, jelas. Soalnya orang yang meninggal meninggalkan ilmu dalam bentuk buku yang bisa kita pelajari. Aku pernah menulis soal RA Kartini, yang kutulis andai aku ketemu beliau ngobrol apa gitu.

Semua cerdik cendekia itu meninggalkan jejak. Para wali yang menyebarkan Islam di pulau Jawa ada peninggalan masjidnya. Ada orang-orang yang hobinya berziarah ke masjid para Wali. Aku belum pernah melakukan, belum ada yang mengajak, gak tau suatu saat nanti.

Di masjid peninggalan masjid itu, reaksi macam-macam. Ada yang berdoa, bantu dong biar aku kaya wahai Wali. Ada yang gak ngerasain apa-apa malah ketiduran di masjid. Ada yang sibuk dengan arsitektur masjid, atau sejarahnya. Orang dengan spiritual tinggi akan mendapat wejangan dari Wali, konon loh. Soalnya saat niat mau mengunjungi aja maka Wali udah ngerasa dan akan nyempetin menemui manusia berspiritual tinggi ini.

Kalo Nabi mendapat mukjizat, contohnya Nabi Musa bisa membelah samudera, sedangkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bisa membelah bulan, maka para Wali mendapat karomah.

Jaman sekarang banyak orang mengaku mendapat karomah seperti Wali agar disegani orang lain. Pake surban, membawa tasbih kemana-mana, bicaranya banyak mengutip ayat di Al Qur'an. Yang jadi masalah, karomah ini yang dia berani bersumpah didapatkan secara gaib setelah ketemu ini itu bisa aja palsu.

Di harian Republika, tiap hari Jum'at pernah ada pembahasan ini. Ulama jaman dulu ada yang belajar langsung dari ulama sebelumnya yang sudah meninggal.

Sebetulnya kan buku tentang Islam udah banyak, mau dipelajari sampai seumur hidup juga gak akan selesai. Masalahnya begini, ada kepuasan batin apabila kita dikunjungi seseorang yang kita kagumi. Semangat belajarnya jadi nambah, kayak disupport gitu.

Ada banyak rahasia hidup yang kita penasaran ingin tahu, dan kadang orang bijak yang sudah meninggal bisa memberi jawabannya.

Misalnya misteri ini, siapa yang bikin crop circle di Sleman dan Bantul. Aku akan bilang terserah semua bilang apa aku akan menjawab itu petunjuk dari Allah buatku agar aku ingat punya dua anak di Bogor. Aku sudah hampir menyerah untuk melupakan mereka.

Seberapa pentingnya sih kita tahu rahasia dunia atau alam semesta, sampe mesti belajar dari orang yang sudah meninggal? Aku sekarang nyut-nyutan, males mikir... Hehehe... Mending mikirin diri sendiri aja. Cuman sama Bejo diingatkan bikin banyak tulisan supaya banyak yang lain bisa belajar dari tulisanku. Siapa tau tulisanku dikumpulin dijadiin buka kayak bukunya RA Kartini. Gak usah banyak yang baca juga gak papa deh, paling tidak aku sudah meninggalkan jejak dan ilmu untuk anak-anakku dan keturunanku kelak...

Comments

Post a Comment