Kebahagiaan semu vs kebahagiaan sejati

Terus terang aku lagi ngeri. Soalnya ngebaca referensi soal reiki, tenaga prana. Pokoknya hindari ilmu yang mengikis tauhid.

Kayak film Eat, Pray, Love yang katanya inspiratif itu. Menjadi bahagia setelah meditasi menghadap ke foto gurunya. Sekarang hidup penulis buku itu jadi bahagia, tidak seperti sebelumnya suka mengurung diri di kamar mandi sambil menangis, karena merasa jiwanya kosong tidak tau mesti berbuat apa.

Aku dulu juga sering merasa kosong. Padahal dulu aku aktivis, banyak teman, sering ikut lomba paduan suara atau sofbol keluar kota.

Ceritaku tidak semenarik penulis Eat, Pray, Love. Yang makan ke Italia, meditasi ke India, mendapat cinta di Bali.

Tapi paling tidak aku sudah bisa tersenyum, kadang ketawa juga, bisa lepas gak kayak dulu. Waktu aku ultah di akhir Mei 2009 aku bilang ke kakakku aku gak tau caranya ketawa. Antara marah, bingung, kecewa, kesal, takut semua campur aduk jadi satu. Aku menggambarkan ada perang di dalam tubuhku, jiwaku melemah karena tekanan energi negatif. Seperti dibenamkan dalam sumur dan mengumpulkan tenaga agar bisa keluar.

Ternyata di Jogja, Alhamdulillah energiku pulih. Malah aku sekarang suka menulis kalimat hikmah yang tadinya aku anggap itu gak penting.

Kebahagiaan semu itu ternyata tidak kekal. Andai kita minta tolong pada Allah, kita merasa terbantu karena Allah, lalu bersyukur, itulah kebahagiaan yang sejati.

Orang-orang pada umumnya suka berpikir bahwa bisa punya uang banyak, beli baju bagus, makan enak, itulah bahagia. Padahal baju bagus, makanan enak yang dinikmati sendiri, tidak ada manfaatnya buat bekal akherat. Yang akan membuat kita selamat di akherat adalah amal ibadah kita, misalnya baju dan makanan yang kita berikan pada yang lebih membutuhkan.

Ada lagi pendapat salah kaprah dari temenku yang anggap bahwa bahagia adalah punya banyak teman, suka ngumpul dengan teman-teman, ketawa-ketawa. Karena sebetulnya manusia itu dalam keadaan merugi, kecuali pertemanannya saling mengingatkan tentang kebaikan.

Untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati, bukan kebahagiaan semu, adalah bahagia karena bisa menjalankan ajaran Islam secara benar dan konsisten yang disebut istiqomah. Merasakan rahmat atau kasih sayang dari Allah yang bisa membuat kita tenteram...

Comments

  1. thanks mbk udah mengingatkan melalui postingan ini:)

    ReplyDelete
  2. Uraian yang bagus dan membuka hati mbak, bahwa kebahagiaan itu memang sebuah karunia Allah yang hanya dapat kita rasakan dari dalam diri kita sendiri. Sementara orang yang mencari kebahagiaan dari luar dirinya akan mendapatkan kebahagiaan yang semu.

    ReplyDelete

Post a Comment