Menulis lebih cepat daripada pikiranku

Hal yang masih aku gak ngerti adalah aku menulis lebih cepat daripada pikiranku. Aku menggambarkan kayak Lucky Luke, a cowboy known to shoot faster than his shadow.

Setiap hari ada perang judul di kepalaku, mau nulis apa sekarang. Kalo iseng banget aku bisa nulis nyampe 4 bahkan lebih postingan.

Masalahnya kan postingan itu berbobot ato enggak kan. Di blog ini aku pernah nulis 4 postingan dalam sehari dari yang judul-judulnya "Blog untuk renungan diri sendiri", "Perjalanan spiritual", "Apakah aku indigo", "Kisah penulis berbakat yang multi talenta".

Hari ini aja aku ada beberapa judul yang ingin kutulis misalnya "menangis saat nonton film Sang Pencerah" (kayak ketemu sama pak Ahmad Dahlan), "mimpi-mimpiku yang jadi kenyataan", "masjid Kauman" (masjid yang menjadi latar belakang film Sang Pencerah", "nangis ngeliat foto Ka'bah dari kakakku yang pulang umroh", "perjalanan spiritual yang tidak dibatasi ruang dan waktu", dan masih bisa dieksplore lagi suka nangis abis membaca buku riwayat Nabi-Nabi.

Karena keterbatasan waktu untuk menulis, ya sudahlah, semampunya saja deh. Tidak usah jalan kemana-mana secara fisik, batinku sudah terkaget-kaget dengan apa yang aku baca dan rasakan.

Efek menulis lebih cepat dari pikiranku itu sering membuatku shock juga. Kadang membuat aku gak fokus saat kerja, soalnya tulisanku membuatku kepikiran. Aku dulu suka mikir, misalnya soal anak kembarku yang dibawa mantan dan aku gak boleh ketemu. Kenapa dia begitu ya. Dan aku mendapat jawabannya dari tulisanku, dari kejadian mantan ninggalin shalat 5 waktu, shalat Jum'at, cara berpikirnya sudah disesatkan energi negatif, tepatnya jin jahat. Itu contoh aku dapatin jawaban pertanyaan. Aku sih sekarang sudah gak terlalu mikirin kok mantan bisa jahat gitu sih sama aku, aku cenderung mikirin, semoga hari ini aku bisa bersabar dan bersyukur.

Tiap hari ujian perasaan emang membuatku kacau balau. Misal shock gara-gara ngeliat blogger indigo dengan wajah marah-marah ke aku, kemudian terbukti tulisannya yang menghanyutkan, termasuk giveawaynya bohong. Atau nangis kangen sama almarhum Bapakku dan aku ngobrolnya sama Merapi. Ketakutan sama ilmu keluarga mantan yang memanfaatkan jin, dari abangnya, ibunya juga.

Sekarang yah masih kacau, ada seseorang yang suka ngintip tulisanku, pengen ngobrol langsung sama aku tapi sungkan banget. Gak tau ini bisikannya bener ato salah, soalnya kadang aku dapat bisikan hoax juga, hahaha... Hati nurani disusupi oleh energi negatif, dan aku berusaha menghapus energi negatif itu. Ada yang ngefans sama aku membuat pipiku memerah, setelah sekian lama aku banyak dijahati... Hehehe... (emang ada orang baik, banyak sih, cuman yang bikin jantung rasanya copot aku belum pernah ketemu).

Bisikan hati nurani yang suaranya kencang untuk ditulis juga membuatku paham saat dulu aku ngeliat mantan ngobrol sendiri. Cuman mantan pikir dia lagi ngobrol sama hati nurani gak taunya sama energi negatif. Kalo bener sama hati nurani gak bakal dia kirim sms mau memenggal leherku, dan sekarang tidak memperbolehkan aku ketemu anak-anak kandungku.

Bisikan apapun, supaya dari hati nurani bukan dari energi negatif, aku selalu mengucapkan laa haula wala quwwata illa billah (tidak ada daya upaya selain dari pertolongan Allah)...

Comments

  1. from Mundi :
    mbak...kalo sekarang mbak bisa menulis lebih cepat dari pikiran, mungkin memang karena inilah bakat dan minat mbak yang sebenarnya...

    ReplyDelete
  2. @ Mundi. Nulis buatku hanya sekedar pengambilan hikmah dari kehidupan sehari-hari. Lebih penting usaha yang kita lakukan untuk ibadah dan menolong orang tiap harinya. Jaman mendekati kiamat ini orang cenderung mikirin diri sendiri, nginjek orang lain. Mereka pikir keren berbuat seperti itu, padahal itu perbuatan terlaknat. Dan bagi yang sudah bisa membaca hati nurani sepatutnya menyebarkan pemahaman ini...

    ReplyDelete
  3. kalo yanti banyak yang dipikirin mba, tapi pas mo dituangin dalam bentuk tulisan lah hilang semuanya ... salam mba ^_^

    ReplyDelete
  4. hahah .... ya ga ada toh yang kayak gitu mbak Ami
    kalo menulis lebih cepat dari berpikir, kayaknya pikirannya lemot banget sampe kalah sama tangan :P

    ReplyDelete
  5. @ Yhantee, berarti masih suka kalut. Tulisannya gak ikhlas kalo dituangkan, hehehe...

    ReplyDelete
  6. @ John, mikirnya emang telat. GPP sih yang penting masih bisa makan enak, hati tenang, gak butuh kompensasi yang negatif.

    Kamu suka ngelamun yah, hayo, terutama dari ras kulit kuning mata sipit... Hahaha...

    ReplyDelete
  7. saya sama adik nonton film sang pencerah di bioskop, kami sama2 nangis nontonnya mbak.. dan ngakak waktu lihat2an muka kacau oleh air mata
    benar2 film yang menyentuh

    ReplyDelete
  8. @ Ninda, betul. Dan terngiang-ngiang sampe berhari-hari kalimat "lakukan yang terbaik bagi Allah". Biarpun ada manusia menjahati kita, lebih penting menguatkan keimanan pada Allah...

    ReplyDelete
  9. aku belum nonton sang pencerah, soalnya males, sudah ilfill duluan sama si hanung

    ReplyDelete
  10. @ r10 berprasangka baik aja sama orang, hahaha. Aku males ngeliat film tanda tanya, tapi Sang Pencerah, Eat Pray Love itu favoritku. Cuman di Eat Pray Love akhirnya nemu cinta, aku udah pasrah aja kalo nemunya di akhirat, udah kepala 4 soalnya, hehehe...

    ReplyDelete

Post a Comment