Menajamkan insting

Aku diajari untuk lebih menggunakan insting daripada logika oleh ayahnya Safira dan Safitri. Itu dulu, saat aku belum suka menulis seperti sekarang. Aku sendiri dulu gak tau manfaat insting itu untuk apa. Manusia cenderung menggunakan logika untuk berpikir. Apalagi kalo kuliah di FMIPA kayak aku, semuanya menggunakan logika, namanya juga ilmu pasti, 1 + 1 = 2.

Insting itu lebih banyak digunakan oleh binatang. Seperti halnya burung yang bisa mencari jalan pulang. Sedang manusia mencari jalan pulang mesti banyak nanya sampe ada pepatah "malu bertanya sesat di jalan". Tapi ternyata penemu itu sebelum mendapatkan penemuannya, instingnya bekerja dulu sebelum logikanya jalan, misalnya Newton ngeliat apel jatuh terus bikin hukum gravitasi. Atau Archimedes mesti nyemplung ke bak mandi baru dapet ide hukum berat jenis. Alamlah yang menginspirasi mereka teori luar biasa yang membuat mereka dikenang sepanjang masa. Saat alam telah memperlihatkan suatu petunjuk, insting para penemu ini menguat, bahwa ada hitungan luar biasa yang belum pernah dirumuskan sebelumnya oleh manusia lain.

Jaman sekarang kita butuh insting untuk memilah, mana SMS dari MAMA beneran ato MAMA palsu, hahaha... Ibarat burung yang mengetahui jalan pulang, insting juga menunjukkan jalan yang macet atau tidak. Biasanya orang yang suka pake insting bilang "perasaanku kok gak enak banget ya, lewat jalan ini, pake alternatif lain deh". Ntar kalo ada kabar bahwa jalan yang dilalui macet beneran dia akan komentar "tuh bener kan, untung lewat jalan alternatif".

Pencopet jaman sekarang juga gayanya gak kayak penjahat, malah berdandan. Mereka bekerja berkelompok, jadi kalo ada yang nyopet langsung dioper ke temennya, dicariin dompetnya tentunya gak ada di dia. Yang punya insting tajam, kehadiran para pencopet membuat gak nyaman dan langsung memeluk erat-erat tas sambil berdoa semampunya, kalo lagi panik suka lupa sih...

Beda kalo ajaran ayahnya Safira dan Safitri, dia ini tidak pernah membaca apapun tapi bisa ngomong topik antah berantah, mengaku jadi google manusia dari instingnya adalah pembenaran versi dia. Ada jin jahat yang sepertinya ngoceh tentang rahasia kehidupan, kebijaksanaan, dia bilang instingnya yang bicara.

Jin yang jahat itu, mereka sudah hidup lama, lebih dari ratusan tahun. Mereka sudah banyak tahu tentang rahasia kehidupan. Kebijaksanaan yang mereka omongkan, hanyalah tipu daya mereka untuk menyesatkan. Mereka bisa bicara sepertinya bijak, cuman ikut-ikutan aja. Aslinya mereka tidak percaya kebaikan akan menguntungkan mereka. Para jin jahat itu masih beranggapan kekuatan mereka berasal dari kemampuan bisa menipu manusia sebanyak-banyaknya. Mereka bisa bicara tentang Tuhan, tapi mereka sendiri tidak mempercayainya, nama Tuhan disebut hanya untuk meyakinkan orang lain.

Bagaimana cara menguatkan insting? Caranya adalah dengan banyak berdzikir menyebut nama Allah, bersikap tenang dan rileks. Masih panjang sih yang mesti dilakukan. Bagi yang muslim mesti rajin sholat, juga menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan dari Allah. Insya Allah hidup akan dimudahkan dari urusan dan dijauhkan dari kejahatan. Kalo dijahati orang tentu saja masih, karena setan yang menggoda manusia beriman adalah setan yang pintar. Tapi paling tidak tidak terbawa untuk juga melakukan kejahatan saat dijahati...

Comments

  1. from Mundi :
    mbak.. lalu apa bedanya insting dengan ilham ?
    ada juga yg bilang "jangan pake insting, pake logika dong !"

    ReplyDelete
  2. hehe, setuju sama komen di atas.
    yang satu bilang jangan pake insting, tapi pake logika.
    yang satu bilang isnting dulu baru logika.
    yang penting sih meletakkan sesuatu pada tempatnya..
    mau pake logika, mau pake insting..yang penting kalo buat muslim niatnya. *ngaco.com.
    bener gak bun?

    ReplyDelete
  3. insting memang digunakan oleh binatang,
    tapi sekali lagi, maha besar Allah, karena kita juga memilikinya,
    intinya bukan menggunakan insting lalu menghilangkan logika,
    tapi pandai menempatkan kapan menggunakan insting, kapan menggunakan logika,
    mungkin itulah yang disebut bijak..

    wallahu a'lam bisshawab..

    ReplyDelete
  4. @ Mundi. Ilham itu kayak semacam ide tulisan yang muncul, kayak sekarang aku nulis soal insting. Seorang ibu punya insting kuat tentang anaknya. misalnya anaknya perempuan ngenalin cowok temen baru, kalo ibu matrek diliat dari ortunya, mobilnya, tinggal dimana. kalo ibu yang sholehah menggunakan insting kira-kira temennya anakknya ini sholeh apa enggak. Insting berkaitan dengan pembelaan diri.

    Sedangkan intuisi berkaitan dengan ilmu yang dipelajari. Misalnya ilmu berdagang, enaknya tokonya aku gimanain ya agar lebih laku.

    terus terang aku pake logika untuk menjelaskan sesuatu. tapi untuk selamat supaya tidak tersesat di jalan menggunakan insting. Insting untuk nanya-nanya sama siapa saja yang memahami permasalahan.

    sedang intuisi aku pake untuk main musik terutama mencari chord piano saat dengerin lagu, membuat template... kira-kira gitulah...

    ReplyDelete
  5. @ vanilaeru, orang yang merasa sekolah tinggi biasanya ngelupain insting. mereka berpikir logika adalah segala-galanya. padahal mereka sering menggunakan insting tanpa sadar... menurutku cape deh kalo pake logika terus...

    ReplyDelete
  6. @ yudi, orang yang ikut bela diri instingnya tajam. jadi bicara sama ilmuwan dan yang ahli bea diri memang bisa beda...

    ReplyDelete
  7. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  8. naluri sama insting bedanya apa ya?

    ReplyDelete
  9. ralat : Bicara soal jin, sebetulnya kamu lakukan tidak jauh-jauh dengan suami mu. (kalimat 'lakukan' di hapus)

    ReplyDelete
  10. Terimakasih postingannya!sangat cemerlang,membuka perspektif baru buat saya

    ReplyDelete

Post a Comment