Mencari kebahagiaan

Apa bahagia itu bisa didefinisikan? Apa bisa dipelajari? Kalo seharian kita tertawa terus merasa dicintai dan semuanya berlangsung lancar seperti yang kita harapkan apa kita akan jadi bahagia?

Waktu kecil, sejak SD aku memang orang yang menyebalkan. Tambah besar tambah menyebalkan. Suka ngelamun sambil bertanya-tanya kenapa orang jahat ketawanya lebih lepas daripada orang baik. Dan banyak pertanyaan yang lain tentang hidup.

Waktu kuliah, beberapa cowok yang pedekate sama aku tak tanyain masalah itu gak ada yang bisa jawab. Sekitar 8 tahun yang lalu ada yang bisa jawab, tapi belakangan ketauan ternyata dia mengorbankan keimanan agar bisa menjadi google manusia, atau kelihatan pintar di mata orang lain termasuk untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanku.

Soalnya orang jahat itu tertawa tanpa memikir resiko yang telah dikerjakan. Sedangkan orang baik dan beriman baru bisa tertawa, itupun tidak terbahak-bahak, setelah yakin semuanya bisa dipertanggungjawabkan untuk dunia dan akhirat. Para penghuni surga adalah manusia yang selalu menyebar salam dan tertawanya selalu sopan.

Di Al Quran dinyatakan, terjemahan bebasnya adalah orang jahat dibiarkan menang, sepertinya baik baginya padahal hanya menunda karena dosa semakin menumpuk dan kelak akan semakin dihinakan. Sedang orang yang baik dan beramal shaleh adalah orang yang beruntung.

Orang yang kupercayai beberapa tahun yang lalu pernah bilang padaku, biarpun pelacur tapi kalo dia bicara kebenaran dengarkanlah. Kayak film Pretty Woman, pelacur yang menjadi istri konglomerat. Emangnya ada pelacur bisa bicara kebenaran. Misalnya yuk shalat, bertaubat, mendekatkan diri pada Allah. Abis shalat dia sibuk dandan pake rok mini buat jual diri. Seperti cerita ustad kenalan baikku di Jogja Wijayanto namanya, pernah ngomong, emangnya ada diskotik syariah. Minum alkohol bismillah dulu. Ngeliat lightgirl pake baju minim joged-joged mengucap subhanallah. Abis ajojing duduk dengerin musik mengkonsumsi ecstasy goyangin kepala sambil mengucap alhamdulillah berkali-kali. Ada-ada aja tuh perumpamaannya, hahaha...

Menjalankan kehidupan di dunia bisa dibikin enteng kok, bila sanggup berjiwa besar, meneladani akhlak Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Ada hal yang menyakiti hati kita, mudah dimaafkan tanpa dendam. Kalo sadar ternyata kita melakukan kesalahan, mau meminta maaf. Kejadian yang menurut kita menyebalkan, dianggap gak penting aja, supaya tidak emosi. Bisa memilah-milah mana yang penting dan tidak penting buat hidup kita. Ringan melakukan kebaikan termasuk menolong orang lain, mau mengakui kesalahan dan segera intropeksi tidak mengulangi lagi.

Kebahagiaan karena mendekatkan diri diri Allah dan kebahagiaan karena menolong orang lain. Inilah kebahagiaan yang benar...

Comments

  1. assalamualaikum setuju mba... jadi pengen share... ^___^

    ReplyDelete

Post a Comment