Rekening pahala dan... Politik oh politik

Aku barusan pulang ngbrol sama temen ditraktir, temenku barusan ultah. Yah, pembicaraannya bicara nyerempet masalah politik.

Yang satu cerita bahwa kalo bikin proyek ada syarat jatah komisi untuk ini itu. Yang lain cerita soal anggota dewan pusat yang semuanya mata duitan, yah mayoritaslah. Hanya sedikit banget yang lurus memperjuangkan nasib rakyat tidak mata duitan, malah kayaknya malah cenderung disingkirkan.

Masuk ke pembicaraan frekuensi politik membuat aku megap-megap kayak ikan tanpa air. Dan terbayang proyek fiktif, komisi, keluarga yang dijadikan staf dapat gaji tanpa masuk kerja, kunjungan kerja ke daerah atau luar negeri, uang untuk partai agar aman posisinya, dan yang lain-lain.

Apa iya sih, sebetulnya sebagian besar uang yang beredar di Indonesia dipakai untuk kelompok yang ingin melanggengkan kekuasaan? Agar mereka bisa membuat aturan sendiri, mengesahkan sendiri, mensejahterakan keluarga sendiri, dan rakyat miskin yang seharusnya mereka bela terlupakan?

Jaman Nabi Ibrahim 'alaihi sallam adalah jaman berhala. Ayah Nabi Ibrahim 'alaihi sallam adalah pembuat berhala. Tapi Nabi Ibrahim 'alaihi sallam pura-pura sakit, dan saat penduduk sedang mengadakan acara tertentu sehingga meninggalkan daerah pemukiman, dihancurkan berhala-berhala itu.

Kayaknya jaman sekarang kursi untuk menjadi anggota dewan yang disembah-sembah oleh banyak manusia serakah, sampai terobsesi. Sampai ada beberapa yang gila karena batal menjadi anggota dewan. Kedudukan terhormat, uang banyak, serasa melambung tinggi merasa derajatnya lebih tinggi dibanding rakyat yang diwakilkan.

Rekening uang di bank mereka memang banyak, tapi entah dengan rekening pahalanya. (Oh ya, istilah rekening pahala dari keponakanku Fermy, waktu diskusi di telepon ngebahas manusia bangkrut menurut Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah bangkrut pahala bukan uang, dia juga punya blog tapi udah lama gak posting lagi).

Bayangkan saja, para anggota dewan ini seharusnya memperjuangkan rakyat kecil. Bila ada rakyat kecil yang kesusahan, mereka tutup mata agar mereka bisa nambahin koleksi mobil mewah seri terbaru. Tapi bayangkan apa yang terjadi dengan rekening pahala mereka. Sepertinya pahala mereka dikuras dan dibagikan pada rakyat Indonesia yang menderita. Dan rakyat yang menderita, dosanya diambil oleh para anggota dewan yang katanya terhormat itu (terhormat dari segi apanya sih, soalnya yang banyak dosanya di akhirat nanti tubuhnya gosong, harta tidak halal dikalungkan ke lehernya dibakar bersama-sama tubuhnya).

Semoga ada saat Indonesia dipimpin oleh seorang yang adil, korupsi diberantas tanpa pandang bulu. Yang lurus dikedepankan dan yang curang disingkirkan.

Yuk kita sama-sama berdoa agar Indonesia dapat pemimpin yang adil mampu membawa Indonesia ke kehidupan yang sejahtera...

(tulisan ini aku tulis menjelang gerhana bulan 16 Juni 2011 dini hari, trus direvisi lagi setelah gerhana bulan. Ngantuk soalnya, dan nulisnya buru-buru. Bangun tidur sudak gak enak rasanya ada yang keliru nulisnya. Maaf ya...)

Comments

  1. oot, maaf.

    ada tag di blog saya mbak..

    ReplyDelete
  2. from Mundi :
    mbak... kayaknya baru sekarang ngomongin politik...
    memang bisa bikin emosi kalo ngomongin politik dan korupsi...

    ReplyDelete
  3. survei bilang kalo pemuda sekarang males jadi politikus.. haha

    ReplyDelete

Post a Comment