Hindari marah saat puasa

Marah adalah kecenderungan sifat dari manusia. Pernah ada kejadian aku naik travel, selama perjalanan di belakangku ada ibu yang ngomel-ngomel sepanjang perjalanan. "Pak supir, kok travelnya telat sih, biasanya kan nyampe subuh, ini sudah jam 8 pagi belum nyampe. Biasanya saya naik pesawat, cuman soalnya yakin travelnya tepat waktu saya pake ini. Padahal pagi ini saya ada acara kondangan. Mengecewakan banget, lain kali saya gak naik travel ini lagi. Tuh anak saya sampe muntah-muntah, gimana sih Pak." Yang jelas mau ngomel sepanjang apapun perjalanannya gak akan lebih cepat. Aku yakin pak supir pengen menurunkan penumpang ini di jalan disuruh naik kendaraan umum lain, cuman gak berani aja. Suasananya jadi gak enak banget soalnya.
 
Menurut Al-Ghazali, kita memang tidak mungkin menghindari kemarahan.  Kemarahan yang baik dipicu oleh hal-hal yang baik. Sedangkan kemarahan yang zhalim dipicu arogansi, ‘ujub, senda gurau, kesia-siaan, pelecehan, pencibiran, perdebatan, pertengkaran, penghianatan dan ambisi dunia.

Usahakan agar menghindari kemarahan, karena ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam ilmu untuk menuju ke surga dijawab "jangan kau tumpahkan kemarahan, niscaya surga akan kau dapat". Apalagi saat puasa, maka menahan diri tidak hanya dari makan minum tapi juga dari kata-kata kotor termasuk kemarahan.

“Bukanlah puasa itu menahan diri dari makan dan minum saja, namun puasa itu adalah menahan diri dari senda gurau dan kata-kata kotor, jika ada seseorang mencelamu atau menyakitimu, maka katakanlah kepadanya: Saya sedang berpuasa, saya sedang berpuasa.” (HR. Hakim dan disahihkan oleh Al-Albani)