Berusaha memaafkan orang yang menyakiti hati

Mencoba belajar lebih mendalam tentang Islam ternyata membuat kepekaan jadi berubah. Istilahnya jadi sensi banget. Perbuatan ini akan membuat masuk surga, perbuatan itu akan menjadikan masuk neraka. Dan itu rasa yang hanya dirasakan sendiri, aku mencoba berubah, tapi lingkungan tidak berubah. Makanya saat-saat mencoba berubah menjadi lebih baik adalah saat yang kadang kurang menyenangkan, itu menurutku, tidak tahu menurut orang lain.

Bila datang ke suatu pertemuan, dan tiba saat shalat rasanya gelisah mesti menyempatkan shalat dulu, tetapi yang lain dengan entengnya tidak merasakan kegelisahan itu. Dengan santainya mereka tetap menikmati makan sambil bergurau. Saat guru ngajiku aku tanya tentang kegelisahan yang muncul kalo aku bergabung di kelompok ini, sarannya adalah dikurangi saja pertemuan dengan mereka, dihindari lebih baik. Lebih banyak mudharatnya daripada kebaikannya. Tapi memang akhirnya aku disingkirkan dengan cara yang menyakitkan menurutku. Sudah sering aku tulis, bahwa mendadak sebagian besar orang-orang aktivis alumni SMP angkatanku ini memblokir aku di Facebook. Alasannya gak jelas, tapi yang nyampe di telingaku adalah, "jangan sebut Ami lagi", "Ami berbahaya, mengejar-ngejar suami orang", "berdosa kalo ngobrol sama Ami", "kalo Ami jadi admin alumni SMP aku mau mengundurkan diri", "aku mau menuntut Ami ke pengadilan soalnya mengabarkan ke istriku kalo aku selingkuh". Kata mereka, kalo ngumpul-ngumpul gak masalah aku dateng, tapi apa gunanya aku datang kalo mereka tidak menerima aku sepenuhnya, bukannya mereka berarti hanya basa-basi aja berteman dengan aku. Guruku bilang, tidak usah mengeluhkan kejadian ini, terima saja, karena orang yang mencari ridho Allah akan ridho dengan kejadian yang diterima. Seorang temenku yang jadi praktisi hipnoterapi mengatakan padaku, jangan izinkan rasa sakit masuk ke dalam hati,lebih baik fokus ke hal lain yang lebih positif.

Sepintas memang lebih enak jadi orang yang tanpa beban ya, tidak shalat masih bisa tertawa, menzalimi orang lain juga tidak merasa bersalah sama sekali. Atau barangkali aku yang mengada-ada saja, mereka sebetulnya tidak bermasalah tapi akunya yang bermasalah jadi terus saja tertekan sendiri. Siapa sebetulnya yang bermasalah? Masalah dalam hal apa? Apa mereka tidak tahu saat pemblokiran itu terjadi aku sampai gemetaran berhari-hari. Awal aku pindah di Jogja Juni 2009, tidak punya temen, dan teman-teman ini sangat mebuatku bahagia. Ternyata tiba-tiba mereka menyatakan bahwa aku orang bermasalah, jangan diajak berteman saja, dibuktikan dengan pemblokiran massal di Facebook. Padahal aku sedang diteror mantan suami di SMS mau dibunuh, jadinya seperti sudah jatuh tertimpa tangga.

Apakah dengan menulis uneg-uneg di sini juga merupakan tanda aku belum memaafkan mereka, entahlah. Barangkali memaafkan adalah suatu usaha, dan aku tidak perlu mengatakan pada mereka betapa sedihnya hatiku bila melihat mereka sering sekali berkumpul dengan tertawa-tawa lebar. Kadang ada teman yang tidak memblokir aku mengupload foto-foto pertemuan itu, dan aku tidak bisa membaca semua komentarnya, karena yang memblokir aku tidak bisa aku baca komentarnya.

Akhir-akhir ini aku sudah tidak gemetaran lagi melihat mereka berkumpul dan tertawa-tawa, walau kadang masih ada rasa sedikit tidak nyaman. Aku hanya berpikir, biarkanlah mereka mencari surga mereka di dunia, aku mencoba mencari surgaku di akhirat. Nanti saat lebaran akan ada acara Syawalan, dan aku rasa bila ada sinyal dari Allah, aku akan mengusahakan datang, bila situasi tidak mendukung aku tidak akan datang. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwa untuk berteman kita juga perlu pilih-pilih.

Ada hal yang lucu, saat aku menulis permohonan maaf lahir batin sebelum Ramadhan di milis SMP ini dengan url nama blogku, mendadak banyak keyword dari search di Google menuliskan namaku. Aku berharap suatu saat aku bisa menemui mereka tanpa sakit hati lagi bila ada kesempatan, saat ini aku hanya bisa mendoakan semoga Allah menunjukkan mereka ke jalan yang benar...

Comments

  1. sabar Mbak....

    aku yakin mbak ami kuat dan bisa melewatinya
    ujiannya begitu berat, menandakan tingkatannya juga sudah tinggi kan..

    ayooo semangat!!!
    mbak ami pasti bisa memaafkan mereka yang sudah menyakiti

    aku ...
    sampe sekarang belom bisa seperti itu mbak

    ReplyDelete

Post a Comment