Memohon hanya pada Allah, sabar, dan optimis

Ketiga poin di atas aku petik dari Quraish Shihab di acara tafsir Al Misbah bulan Ramadhan ini. Seorang muslim, janganlah sampai berputus asa, meski banyak rintangan sekalipun. Tidak sekali dua kali aku mendengar ada orang bener-bener kebingungan karena halangan yang ini, itu, sepertinya tidak ada jalan keluar.

Apalagi kalo membaca konsultasi psikologi di tabloid. Misalnya gini, bu, saya jatuh cinta dengan lelaki beristri. Karena saya terlalu cinta padanya akhirnya kami menjalin hubungan terlarang. Apalagi katanya dia sudah tidak cocok dengan istrinya. Saya dikontrakkan rumah dan sesekali diberi uang bulanan. Tapi akhir-akhir ini dia mulai kasar pada saya, padahal saya sedang hamil. Saya bingung karena tidak mampu membayar kontrakan, ayahnya bayi saya tidak pernah datang lagi. Saya tidak tahu harus bagaimana lagi, bila saya melahirkanpun saya tidak tahu membayar darimana karena saya terlalu malu untuk memberitahukan pada keluarga saya. Bayangkan, surat untuk tabloid wanita ini lama sekali baru dimuat bisa sampe berbulan-bulan, bisa saja saat dimuat dia sudah melahirkan bayi.

Kenapa ada yang hidupnya enak, kenapa ada yang hidupnya jadi susah. Biasanya faktor uang dan cinta. Apa iya bila sudah punya keduanya, uang dan cinta hidup jadi terpenuhi semuanya? Serasa dunia milik berdua dan yang lain ngontrak. Apa iya kesuksesan dilihat dari gaji besar, rumah bagus, kendaraan roda empat yang keren, istri cantik dan anak-anak yang pintar dan lucu-lucu? Temen lama kalo ketemu pasti nanyanya gitu, kerja dimana, tinggal dimana, anaknya berapa. Wah, sudah sukses kamu ya...

Aku pernah dalam posisi seperti itu. Rumah real estate biarpun ukurannya tidak terlalu besar, mobil, anak-anak yang cerdas. Tapi sama sekali tidak merasa sukses dan tidak merasa bahagia. Jadi dalam kesedihanku aku berkonsultasi dengan psikolog. Bu, saya punya suami penghasilan cukup, punya rumah, punya kendaraan, anak-anak yang cerdas, tapi dia tidak mau diajak bicara. Setiap ketemu saya wajahnya selalu merengut, bersungut-sungut dan menumpahkan kekesalannya di kantor pada saya, saya tidak pernah mendapat sisi ramahnya, sudah habis untuk kantor. Susahnya lagi keluarga saya menganggap saya yang salah, karena di mata mereka dia laki-laki yang baik dan bertanggungjawab, sayalah yang disalahkan. Sampai-sampai saya beranggapan seluruh dunia menyalahkan saya. Saya merasa begitu jahatnya dunia pada saya, sampai saya depresi. Saya tidak ada nafsu makan malah hampir setiap hari muntah-muntah. Bila dipanggil oleh teman saya tidak mendengar, malah melewatkan begitu saja dengan pandangan kosong. Beberapa kali konsultasi tidak berhasil, jadilah aku sekarang ini, sendirian tanpa ditemani anak-anak, hidup sendiri mencoba belajar tentang hidup, dan aku dapatkan semua petunjuknya dari Al Qur'an.

Tapi semuanya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dihina banyak orang, difitnah, dikucilkan. Titik baliknya adalah saat terpojok, sendirian, merasa tidak punya siapa-siapa, bahkan keluarga sendiri menyalahkan. Saat terpojok itulah aku memohon pada Allah, aku tidak tau mesti minta bantuan pada siapa lagi. Terserah orang lain mau bilang apa...

Kesabaran juga tidak langsung didapat. Karena begitu belajar Islam yang benar baru paham, betapa besar dosanya orang yang menyakiti hati orang lain. Mengambil hak orang lain membuat hidup tidak barokah, shalat dan ibadah lainnya tidak diterima oleh Allah. Dan aku terheran-heran, heiiii, dimana otak orang-orang apa kalian tidak tau sebagian besar dari kalian akan masuk neraka. Ngomongin orang akan disayat-sayat mukanya dengan kukunya sendiri yang terbuat dari tembaga. Yang melakukan korupsi, hartanya hanya akan membuat siksaan lebih berat di neraka. Shalat seharusnya ikhlas, yang ditujukan pada Allah, bukan untuk pamer atau sekedar bisa membuat diri seperti jadi muslim taat, padahal shalatnya belum tentu diterima pada Allah. Belum lagi orang yang sibuk memuaskan hawa nafsu belanja, makan enak, memuaskan syahwat, hanya akan jadi penghuni neraka.

Dalam kondisi yang sulit, ternyata manusia perlu menyelamatkan dirinya sendiri. Tidak berarti mesti sedih terus, karena doa yang kita panjatkan yang diajarkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah memohon kebaikan dunia akhirat dan menghindarkan diri dari api neraka. Jadi selain kita berusaha untuk bahagia di dunia dan akherat, juga berusaha menghindarkan diri sendiri supaya tidak terjerumus ke api neraka. Sesulit apapun, manusia mesti sabar dan optimis. Memohon jalan keluar, petunjuk, adalah hanya pada Allah. Ada syaratnya agar mendapat petunjuk, yang mendapat petunjuk adalah manusia yang beriman dengan sebenar-benarnya iman. Semoga kita bisa selalu mengingat Allah, memohon petunjuk hanya pada Allah, selalu sabar dan optimis...

Comments

  1. mbak, aku juga suka acara Tafsir Al-Misbah dari Quraish Shihab.
    Memang benar, sabar dan optimis adalah kunci untuk menghadapi hidup sekarang ini yg makin lama makin berat.

    ReplyDelete
  2. benar banget mbak, intinya memang kita harus percaya cuma ada satu kekuatan yang dapat membantu kita..
    yaitu kekuatan Allah.. insyaAllah, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil..!

    ReplyDelete

Post a Comment