Kenapa capek jadi orang baik?

Tiap orang itu masing-masing punya bakat. Katanya orang kaya karena bertangan dingin, orang miskin karena males. Itu baru dilihat di luar, nyatanya banyak orang kaya karena main dukun dan orang miskin terus padahal rajin bekerja.

Ada bakat jadi orang baik gak? Orang yang ngotot ingin hidup lurus padahal banyak godaan di sekitarnya tetap gak tertarik. Jadi orang baik itu bukan bakat, tapi diasah.

Ada firman Allah menggambarkan seperti ini, ada orang kafir, lalu beriman, lalu lebih kafir lagi. Aku ingin menceritakan aku mengenal seorang seperti ini. Ada kenalanku yang pecandu narkoba, ingin bunuh diri, lalu taubat, selama dua tahun dia banyak beribadah sudah kehilangan kecanduannya. Tahun ketiga dia capek beribadah, memutuskan meninggalkan shalat tapi masih beranggapan dirinya orang baik, toh sudah tidak kecanduan lagi. Kesalahannya dia, dia menetapkan standar yang rendah untuk menjadi orang baik. Sekarang hidupnya miskin, tidak punya yang dibanggakan. Ditagih utang malah meneror yang nagih utangnya.

Syarat agar menjadi penghuni surga adalah rajin bertaubat. Mengasah diri dengan ibadah wajib dan sunat yang ada di Al Qur'an dan hadits. Begitu menjadi orang ingkar yang tidak mau menuruti firman Allah di Al Qur'an, maka dia sudah termasuk orang ingkar, atau kafir. Apalagi sudah diingatkan tapi tetap ngotot dengan keinginannya sendiri, tidak mau menuruti firman Allah. Allah menyebut orang yang ingkar terhadap ajaran Islam yang ada di Al Qur'an sebagai lebih buruk daripada binatang ternak yang lalai.

Ada juga orang yang mengutip Al Qur'an sepotong-sepotong lalu menterjemahkan untuk kepenting baik diri sendiri ataupun kelompok. Pemaknaan Al Qur'an sepotong-sepotong yang disalahgunakan itu kelihatan kok dari esensi Al Quran yang seharusnya mengajarkan kebaikan, mensucikan hati, penyerahan jiwa pada Allah, dan pertaubatan. Pemaknaan Al Qur'an sepotong-sepotong itu malah diplesetkan agar bisa menekan orang lain atau menyenangkan diri sendiri.

Yang suka mengasah diri bagai mengasah berlian maka hatinya terus cemerlang. Sementara yang suka menempelkan ibadah hanya sekedar tempelan, akhirnya lepas lagi lalu muncul kotoran itu. Hati yang sudah telanjur kotor sulit dibersihkan kecuali pembersihan yang lama dan berulang-ulang.

Jadi orang baik, siapa takut... Ada Allah yang menyertai. Semoga kita jadi orang baik yang murni dari dalam diri kita sendiri bukan sekedar tempelan belaka...

Comments

Post a Comment