Cinta itu ditujukan pada Allah, cinta pada manusia itu amanah

Kita semua tahu bahwasanya manusia hidup di dunia hanya sekedar menjalani ujian untuk menuju ke akhirat saja. Semua yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah. Harta dan anak-anak adalah milik Allah jadi manusia seharusnya mampu menyerahkan semuanya pada Allah hal yang dimilikinya, karena sesungguhnya manusia tidak punya apa-apa.

Allah berfirman
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS. Al Anfaal : 28)

Bila kita sudah memahami akan makna kehidupan sesuai Al Qur'an dan hadits, semestinya hati kita ditujukan pada Allah. Dengan berdzikir setiap saat. Tangisan yang ditujukan pada Allah bukan tangisan kepedihan atau kegalauan karena masalah kehidupan, tapi tangisan keharuan merasakan kebesaran Allah.

Betapa banyak istilah cinta dalam bahasa Arab

Pandangan mata atau berita yang didengar bisa melahirkan rasa senang disebut ‘Aliqa

Apabila melebihinya sehingga terbetik untuk mendekat maka dinamai Mail

Dan bila keinginan itu mencapai tingkat kehendak untuk menguasainya maka dinamai Mawaddah

bila seseorang bersedia berkorban atau membahayakan dirinya demi kekaksihnya dinamakan Al ‘Isyq

Sedangkan jika cinta telah memenuhi hati seseorang sehingga tidak ada lagi tempat bagi yang lain maka dinamakan at tatayum

Jika ia tidak lagi dapat menguasai dirinya atau tidak mampu lagi berpikir membedakan sesuatu akibat cinta maka keadaan ini dinamai Walih

Selanjutnya ada tingkat Mahabbah , menurut Imam Al-Hujwiri dalam kitabnya Kasyful Mahjub menjelaskan makna al-hubb (mahabbah). Mahabbah berasal dari kata “habbah” yang berarti benih-benih/biji yang jatuh ke bumi di padang pasir. Mahabbah dikatakan berasal dari kata itu karena dia merupakan sumber kehidupan. Sebagaimana benih itu tersebar di gurun pasir, tersembunyi di dalam tanah, dihujani oleh terpaan angin, hujan dan sengatan matahari, disapu oleh cuaca panas dan dingin, benih-benih itu tidak rusak oleh perubahan musim, namun justru tumbuh berakar, berbunga dan berbuah. Demikian halnya cinta sejati, tak lapuk dengan sengatan mentari dan guyuran hujan, tak lekang oleh perubahan musim dan tak hancur berantakan oleh terpaan angin. Imam al Qusyairi, pengarang Risâlah al Qusyairiyyah mendefinisikan cinta (mahabbah) Allah kepada hamba sebagai kehendak untuk memberikan nikmat khusus kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Apabila kehendak tersebut tidak diperuntukkan khusus melainkan umum untuk semua hambaNya dinamakan Rahmat.

Terakhir ada Khullah (persahabatan) adalah kecintaan yang paling tinggi. Para ‘ulama menyatakan bahwa derajat khullah lebih tinggi dari tingkatan Cinta (mahabbah). Oleh karena itu seorang yang disebut sebagai khalil, lebih tinggi kedudukannya daripada habib.

Di antara dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah bahwa Allah’azza wa jalla hanya mengambil dua orang manusia sebagai khalil, yaitu Nabi Ibrahim AS dan Nabi Muhammad SAW, tentu kekasih yang dimaksudkan dalam hal tersebut bukan kekasih layaknya suami istri namun lebih mengarah kepada Hamba yang begitu dicintai berdasarkan integritas ibadahnya dan kredibilitas akhlaknya yang tak diragukan lagi. Sedangkan masalah Cinta (mahabbah) Allah ‘azza wa jalla sering menyebutkan dalam al-Qur’an, Allah mencintai orang-orang yang beriman, sabar, berjihad di jalan-Nya dan lain-lain.


Hilangkan kesombongan yang menganggap apabila kita memiliki harta itu adalah hasil dari pemikiran sendiri, semua harta adalah rejeki pemberian dari Allah. Kecintaan pada manusia, baik pada pasangan atau anak-anak hanyalah sekedar amanah yang diberikan oleh Allah untuk dijaga dengan sebaik-baiknya.

Tidak bisa dipungkiri kehilangan pasangan dan anak-anak akan membuat seseorang bisa terjatuh pada lembah kedukaan begitu dalam, kepedihan, atau istilah sekarang kegalauan. Tapi bagi hamba yang beriman semua hal yang dimiliki di dunia, yang begitu dicintai adalah milik Allah. Dan bagi hamba Allah yang ikhlas menyerahkan hatinya dengan selalu berdzikir kepada Allah, dan bila diberi amanah dijaga dengan sepenuh hati, maka Allah akan memberi ketenangan pada hatinya. Betapa nikmatnya bila Allah sudah mencintai hambaNya, karena hamba Allah yang selalu menyerahkan hati pada Allah akan selalu bisa merasakan syukur yang begitu mendalam. Menangis bila teringat pada Allah karena terharu merasakan kebesaran Allah...

Comments

  1. dengan mencintaiNya, sudah pasti cinta kita akan terbalas, dan pasti akan diberi cinta oleh sang Maha Cinta untuk mencintai yg lainnya.

    ReplyDelete
  2. huhm,,, inspiring :).

    ReplyDelete

Post a Comment