Memahami cara belajar Islam

Cuplikan dari tulisan Memahami cara belajar : pengantar, harian Republika Jum'at 28 Oktober 2011 halaman 8

Hal-hal yang perlu dilakukan seorang murid dalam perspektif tasawuf, antara lain, keyakinan penuh terhadap mursyid/syekh/kiai bahwa yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk mengubah jalan hidupnya yang lebih dekat pada Allah SWT. Murid atau di dalam tradisi pesantren lebih kental disebut santri, memiliki respek sangat besar kepada kiainya karena kiai adalah pintu berkah dan pintu ilmu pengetahuan. Ini tidak bisa diartikan sakralisasi kiai di pondok pesantren tradisional, karena hal tersebut merupakan sugesti bagi sang murid/santri ntuk memperoleh suasana batin/mood yang kondusif untuk mengakses pengetahuan agung ('irfan).

'Irfan adalah pengetahuan yang supernatural (tapi bukan magic) yang dimiliki seseorang yang telah mencapai maqam tingkat khusus. 'Irfan biasa juga disebut dengan ilmu marifah, ilmu mukasyafah atau ilmu ladunni. Tergantung madzhab sufi atau tarekat mana yang menjadi ikutan seseorang. Namun, yang jelas ialah ada ilmu-ilmu khusus di atas ilmu-ilmu biasa, yang memiliki kualitas hati yang jernih dan bersih. Jiwa dan pikiran yang berlumuran dosa sulit dibayangkan dapat mengakses ilmu pengetahuan ini karena bagi mereka al-'ilm nur wa nu Allah la yuhda li 'ashi (ilmu laksana cahaya dan cahaya Tuhan tidak akan masuk dalam lubuk hati yang kotor).

Kebersihan jiwa, keluhuran pemikiran, kelembutan perilaku, kekuatan iman, dan keagungan niat menjadi prasyarat bagi mereka yang ingin mendapatkan ilmu-ilmu agung tersebut. Peran mursyid, syekh, atau kiai sangat penting untuk dalam hal ini untuk membantu meluruskan jalan pikiran, menyucikan batin, melembutkan perilaku, dan membantu melicinkan jalan menuju Tuhan. Syekh atau mursyid berperan besar untuk memberikan sugesti dan legitimasi psikologis terhadap santri atau murid. Kiai di depan santrinya mampu meyakinkan mereka bahwa keselamatan dan kesejahteraan hidup bergantung pada jalan-jalan spiritual yang sedang ditempuh. Para syekh atau kiai mampu meyakinkan santri untuk meyakini ajaran Alquran dan hadis melampaui ajakan hedonistik di sekitar keluarga santri.

Comments

  1. Semoga @sobatbercahya benar2 bercahaya hahahaha

    ReplyDelete
  2. @Baha, hanya hati yang lembut yang bisa menerima ilmu Allah yang agung

    ReplyDelete
  3. memang peran suatu guru (kiai) menjadi amat central bahkan di dalam kitab ilmu talim'muta'alim di jelaskan keutamaan seseorang dalam menuntut ilmu, permasalahan nya, banyak santri pada zaman ini menginterprestasikan "keberkahan guru" terlalu amat berlebihan seperti berebut minum bekas kobokan sang guru ini saya temukan di beberapa pesantren shalafi. dan yang pasti ilmu agama akan turun jika ke hati yang bersih dan ingin belajar. manjada wa jada :)

    ReplyDelete
  4. mari sebar kelembutan dan kasih sayang. karena kekerasan hanya akan membuat orang lain jauh dan memusuhi kita

    ReplyDelete
  5. Setuju, Mbak Ami.. soal Irfan dan kaitannya dengan mukasyafah dan marifah :)

    banyak Islam "terpelajar" di kalangan umat yang gak percaya ada hal-hal sedemikian.. (_ _")

    ReplyDelete

Post a Comment