Menjalani takdir

Salah satu percakapanku yang aneh dengan seseorang karena dia berpikir negatif terhadapku saat aku bilang bahwa aku hanya menjalani takdirku. Dijawab olehnya, takdirmu jadi orang gak bener. Memang susah berhadapan dengan orang yang under estimate, ngomong apa-apa dianggap gak bener.

Membahas masalah takdir memang tidak mudah bagi orang yang tidak mau paham tentang ajaran Islam. Menjalani takdir yang perih bagi banyak orang bisa menjadikannya kesedihan yang berlarut-larut. Keluhan bermunculan, seperti kehilangan pekerjaan, istri minta berpisah, atau rumah terbakar habis selalu dijadiin alasan untuk meratap dalam kesedihan berkepanjangan.

Saat manusia masih berada di rahim ibu berumur 120 hari ruh ditiupkan oleh Allah yang mengutus Malaikat untuk mencatatkan rejeki, saat kematian, amal perbuatan, bahagia dan sedihnya. Masalah takdir tentang kesedihan hati bisa dirubah dengan beberapa cara antara lain yaitu dengan berdoa dan sedekah.

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
“Barangsiapa hatinya terbuka untuk berdo’a, maka pintu-pintu rahmat akan dibukakan untuknya. Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada permohonan orang yang meminta keselamatan. Sesungguhnya do’a bermanfa’at bagi sesuatu yang sedang terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak taqdir kecuali do’a, maka berpeganglah wahai hamba Allah pada do’a”. (HR Turmudzi dan Hakim)

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
“Silaturrahmi dapat memperpanjang umur dan sedekah dapat merubah taqdir yang mubram” (HR. Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Imam Ahmad)

Karena sebetulnya orang beriman selalu berprasangka baik pada Allah. Jadi orang beriman tidak akan merasakan kesedihan berlebihan saat mendapat musibah, kaget sedikit iya, tapi tidak lama kemudian rasa kesedihan itu bisa diatasi.Dengan mudah untuk tenang kembali dan bisa menikmati anugerah Allah dengan penuh syukur. Semua karena keyakinan yang kuat bahwa apa yang diberikan oleh Allah adalah baik baginya.

Allah berfirman
"Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.s. al-Hadid: 22-3).

Comments

Post a Comment