Aku memang berbeda, tapi aku masih manusia

Suatu ketika aku pernah kenalan dengan seorang blogger, laki-laki single. Dia menyarankan agar aku lebih dekat dengan ibu-ibu, alasannya dia sendiri juga akrab dengan mereka. Aku mencoba masuk ke grup obrolan ibu-ibu ini dan aku dicuekin, tentunya aku maklum karena aku orang baru.

Ibu-ibu ini sibuk bicara tentang masak apa. Oke, aku gak nyambung sejak 2 tahun terakhir ini aku gak pernah masak, tadinya sih sering masak. Lalu mereka cerita tentang anak-anaknya, gak nyambung lagi soalnya anak-anakku ikut dengan bapaknya, tadinya sempet aku rawat tapi karena aku depresi, sorot mata kosong, ikutan bisnis gak jelas sampe kehilangan banyak uang, anak-anakku diambil bapaknya ke Jakarta. Lalu ibu-ibu ini cerita soal suami, dan aku gak punya suami.

Kalo aku memang gak nyambung dengan ibu-ibu yang "normal" terus masak dipaksain sih. Terus aku dikritik jangan suka komen di blognya laki-laki muda. Apalagi ini? Baru sekedar chatting udah ngatur-ngatur gak jelas. Waktu aku nanya ke dia soal sobat chattingnya di YM, dia bilang gak usah mikirin dia. Apalagi dia kasih tau pendapatnya blogger yang ngilang itu sama sekali gak romantis.

Terakhir waktu aku mencoba jelasin bahwa blogger ngilang itu punya bakat indra ke-6, orang ini dengan entengnya bilang, wah, blogger yang ngilang ini gak ngerti makna maqom. Terus waktu jelasin fenomena soal indra ke-6, dia malah marah-marah, gak usah ngomong gituan, gak ngerti.

Sebetulnya ada kaitan antara maqom dan indra ke-6. Ada mantan presiden yang suka tidur saat rapat dibikinin blog yang menyatakan bahwa maqomnya sudah tinggi setara Wali. Karena itu sebagai Wali, mendapat karomah dari Allah termasuk indra ke-6. Keilmuan sudah tinggi, pemikirannya melebihi manusia "normal". Aku gak akan membahas masalah apa mantan presiden ini Wali atau bukan, hanya menyatakan bahwa bila membahas maqom, sederajat Wali dapat karomah, termasuk punya kemampuan indra ke-6.

Aku pernah nulis juga, apa perlu kita mengagung-agungkan seorang Wali, bila memang mensejahterakan masyarakat saat jadi Presiden, barangkali tidak akan diributkan. Banyak tindakannya yang kontroversial dan meresahkan. Bahkan masih pro dan kontra sampai sekarang, soalnya di blog Jaringan Islam Liberal banyak tulisan mari meneruskan perjuangan bapak titik titik ini.

Jadi karena aku sudah mencoba menilik grup ibu-ibu yang sibuk dengan masakan, anak, dan suaminya, aku tidak bisa bergabung dengan mereka. Aku gak bisa cerita, anakku sudah begini begitu loh, suamiku beliin aku apa atau ajak kemana. Aku nyambung bila bergabung dengan komunitas softball, karena di sana bicara teknik bermain softball, plus main game. Juga komunitas Paduan Suara, atau komunitas Ibu-Ibu pengajian, karena bicara tentang ilmu agama. Kadang juga ikutan nyanyi bareng apa di kafe atau ngundang organ tunggal dengan ibu-ibu pengajian ini, soalnya mereka paham bahwa manusia bukan dilihat dari punya anak lucu gak, suaminya kaya gak atau pinter masak apa. Kita sama-sama mencari ilmu, membahas tafsir Al Qur'an, hadits, saling menghargai sebagai sesama pencari ilmu.

Dan muncullah tulisanku ini gara-gara di komunitas blogger namaku disebut karena aku kontak seseorang member komunitas mau datang ke kotanya. Aku mengalah sajalah, aku gak akan posting lagi ke sana. Aku sudah disindir oleh co admin agar gak posting ke sana lagi, solidaritas dengan admin utamanya. Aku masih bisa berteman dengan blogger-blogger member komunitas ini tanpa aku mesti posting di sana.

Sebetulnya aku masih merasa sebagai manusia, sedang belajar untuk lebih mendekatkan diri pada Allah. Pemahaman agama Islam yang berbeda bisa bikin orang gak nyaman dengan aku. Anehnya, ketemunya kok pentolan-pentolan suatu komunitas ya... hahaha... Biarlah, kalo aku bikin suasana di komunitas itu jadi gak nyaman menurut pendapat admin dan co admin, mosok mau memaksakan diri nulis di sana.

Jadinya pengen nyanyi "aku juga manusia, punya rasa punya hati, jangan samakan dengan pisau belati..."

Comments

Post a Comment