Skenario hidup kita sudah ditentukan sebelum kita lahir

Dari Abu Abdir-Rahman Abdullah bin Masud Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menuturkan kepada kami, dan beliau adalah ash-Shadiqul Mashduq (orang yang benar lagi dibenarkan perkataannya), beliau bersabda,"Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi alaqah (segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) seperti itu pula. Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya. Maka demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka dengan itu ia memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli surga, maka dengan itu ia memasukinya". [Diriwayatkan oleh al Bukhari dan Muslim]

Istilah dunia ini panggung sandiwara memang betul. Ibarat berada di suatu kompetisi, yang skenarionya sudah ditentukan lalu dari yang kita jalani semua perbuatan kita akan dicatat. Perbuatan baik mendapat ganjaran pahala, perbuatan buruk mendapat ganjaran dosa. Nanti saat di akhirat akan ada timbangan lalu yang timbangannya pahala dibanding dosa lebih berat akan masuk surga.

Dari kecil aku sudah tau itu karena sudah diikutkan les privat guru ngaji. Seingatku dulu soal Islam tidak begitu menancap pemahamannya ke aku. Malah karena aku ikut pesantren kilat selama Ramadhan, dimana pengasuhnya mbak yang pake kerudung lebar kalo ngobrol mereka ini suka kesel dengan kondisi di Indonesia  yang katanya acara tivinya sangat menyesatkan. Mereka berharap bisa tinggal di daerah yang menerapkan hukum Islam. Lalu mereka menikah dijodohkan, tidak begitu mengenal pasangannya. Protesku saat itu melihat mereka ini sampe aku mikir emangnya manusia gak boleh pilih pasangan yang dia sukai, atau kenapa tidak bisa menikmati hidup di Indonesia.

Kenyataan hidup memang tidak selalu menyenangkan. Manusia pasti pernah mengalami kegagalan. Aku juga pernah mengalami kegagalan yang kata temen-temenku cukup fatal. Salah satu kejadian aku kehilangan teman  dekat seorang wanita yang sering nyamperin aku jalan adalah, temenku ini punya prinsip dia gak akan pisah dengan suaminya demi anak-anaknya biarpun hubungannya menyakitkan. Entah suatu kebetulan atau tidak, aku kenalan dengan seseorang di Facebook dengan ciri-ciri mirip suami temanku yang ini. Laki-laki ini cerita bahwa dia dijodohkan oleh orang tuanya karena cukup umur tapi belum menikah juga. Pernah punya pacar yang sangat dia cintai tapi pacarnya dipindahkan secara paksa oleh orangtuanya karena ketahuan berhubungan intim di hotel saat dia SMA. Dalam keadaan sudah sama-sama menikah dia ketemu pacarnya lagi, lalu terjadilah hubungan yang tidak bisa dielakkan, selingkuh. Aku tidak tau kabar mereka sekarang, tapi pasti rasanya gak enak banget bila punya suami yang tidak cinta pada istrinya. Pernikahan hanyalah sekedar formalitas demi nama baik keluarga besar, tetapi hati suami ternyata tertambat pada wanita lain. Kecintaan pada anak-anak membuat suami istri bertahan dalam ikatan pernikahan.

Kondisi ideal memang punya pasangan yang kita cintai, menikah, punya anak lalu tetap mencintai sampai akhir hayat. Tapi ternyata hidup tidak sesederhana itu, ada yang sulit sekali mendapatkan pasangan yang cocok termasuk aku. Aku pernah beberapa kali pacaran waktu kuliah, nyangkut di orangtuanya tidak suka padaku. Kata mereka aku otoriter, seenaknya sendiri, gak punya aturan. Beberapa dari mereka ini aku ketemu lagi dalam kondisi sudah lebih dewasa, bijak, dan bisa cekikikan chatting tanpa ada rasa apa-apa. Hanya sesaat di awal pertemuan, akhirnya sama-sama tenggelam dalam kesibukan masing-masing.

Saat ini ada hal yang membuatku bisa menikmati hidup walaupun dalam kondisi single fighter. Tiba-tiba aku punya pemahaman tentang kehidupan yang tadinya aku gak ngerti. Aku bisa diskusi dengan ustad pembicara di pengajian rumahku tentang tasawuf misalnya. Pertanyaan-pertanyaan yang membuatku jadi pemberontak saat aku kecil misalnya "kenapa hidup tidak adil ada yang kaya ada yang miskin", lalu "kenapa manusia diciptakan", terjawab saat aku umurnya di kepala 4. Istilah life begins at forty sangat pas buatku.

Catatan hidup manusia memang sudah tertulis sebelum lahir, dan tinggal mensikapinya bagaimana. Ada hal yang lebih indah daripada mencintai manusia lain, yaitu rasa kedekatan pada Allah. Mensyukuri segala nikmat dan anugerah yang sudah kita dapatkan. Barangkali dalam hidup ada rasa tidak enak, kegagalan di sana-sini, tapi akhirnya semua ini tidak akan artinya saat kita meninggal. Sama sekali kita tidak perlu mencemaskan apapun dalam hidup kita karena manusia bertakwa akan diberikan rejeki dan jalan keluar dari semua masalah. Sedangkan yang bertawakal akan dicukupkan keperluannya.

Bila mendapat masalah lalu kaget itu biasa, segeralah bersikap tenang dan sabar dalam mensikapi semuanya. Hidup ini benar-benar hanya sebentar, rasanya baru kemarin aku melahirkan anak sulungku, sekarang dia sudah berumur 16 tahun. Dan seorang ibu pasti bila bicara dengan anaknya selalu mengenang saat bayi. Misalnya tentang anakku yang sulung, berjalan saat 1 tahun, bicara baru jelas setelah 3 tahun. Pernah dicek di tumbuh kembang RS Fatmawati, dengan EEG segala diberi obat tidur untuk kepastian apakah otaknya nyambung semua. Sempat terlambat perkembangan saat TK dan SD. Lalu setelah menjadi atlit renang saat kelas 2 dan 3 SD, tiba-tiba perkembangan otak menjadi pesat saat kelas 6 SD mempunyai NEM terbaik di kelasnya. Semua rasanya baru kemarin terjadinya.

Ada hal yang bisa disyukuri setiap harinya, jadi aku tidak terlalu mencemaskan soal single atau tidak. Asal sering membantu orang lain, terutama yang dekat dengan kita, maka saat kita punya masalah sampai deg-degan ada saat-saat kritis misalnya, tiba-tiba ada hawa segar muncul lalu masalah bisa diatasi.

Bersyukurlah, dimulai saat kita bangun pagi. Bahwa masih diberi kesehatan, kecukupan, Insya Allah hidup kita akan dimudahkan oleh Allah lalu semuanya akan menjadi begitu indah...

Comments

  1. ibarat kita mau berlayar menyeberang suatu pulau yg begitu indah, di tengah lautan pastinya kita harus menyiapkan berbagai bekal agar tidak karam dlm perjalanan. Kalo di sini bekal2 tsb di ibaratkan serupa amal ibadah.

    ReplyDelete
  2. hidup dijalani saja mbak, ga bagus kalau mikir hidup tak adil terus, krn semua manusia juga merasakan hidup tak adil sesuai takdirnya masing-masing, hanya saja kita tak tahu

    ReplyDelete
  3. buat Ario Antoko : baca tulisan si mbak dengan teliti, jangan sok menasehati sebelum membaca dengan benar. Justru si mbak telah melewati cara pandang yang kamu 'sok nasehati"

    ReplyDelete
  4. Aku mencari artikel ini lewat google, dengan kata kunci benarkah hidup kita ini sudah terencana, karena saya merasa seperti itu dan ada beberapa yang aku tidak sukai, terutama masalah pasangan hidup, persis seperti yang mbak ceritakan disini. Kalau sudah terencana kenapa kita masih tidak ikhlas.
    Masih bingung antara Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai kaum itu merubahnya dan Tuhan selalu memberikan yang terbaik. Seberapa besar peran kita atas apa yang sudah Tuhan tentukan masih membingungkan.

    ReplyDelete

Post a Comment