Guyonan soal maqom

Sesuatu yang abstrak itu sulit dipahami. Orang cenderung lebih suka dengan sesuatu yang nyata. Misalnya bicara dengan teman soal IMAN, aku ngomong gini "aku gak punya harta benda tapi aku punya iman". Dibales "iman itu kan artinya percaya, belum cukup untuk masuk surga". Padahal bila memahami Al Qur'an manusia beriman itu berhak masuk surga, karena iman yang sebenar-benarnya adalah mengucap dengan lisan, meyakini dalam hati, dan mengamalkan dengan perbuatan. Jadi kadang dalam suatu diskusi memang lebih baik diam daripada mencoba menjelaskan pada orang keras kepala, tidak mau memahami, mau menang sendiri, ngotot dengan ucapannya padahal dia salah.

Waktu aku dikata-katain kalo aku ini orang brengsek dan bermasalah (walau sudah banyak memperbaiki diri dengan berusaha bertaubat sungguh-sungguh) aku jelaskan padanya bahwa menurut Islam orang bertaubat itu ibarat lahir kembali. Masih saja aku diejek, takdirmu memang jadi orang gak bener. Padahal aku banyak belajar mengkaji Al Qur'an, berusaha mengamalkan, sedangkan dia masih berat menggunakan jilbab dan di otaknya hanya terobsesi dengan gadget terbaru. Iya sih, teman dan fansnya banyak soalnya dia pintar ngomong, tapi aku memilih melakukan yang terbaik di hadapan Allah.

Akhirnya karena berusaha memahami firman Allah, kisah Nabi, kisah Wali yang menyebarkan Islam di pulau Jawa, sedikit banget tentang sejarah perkembangan agama dari sejak Nabi Adam 'alaihi sallam sampai Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sulit ngobrol dengan yang gak paham. Serba salah. Mau mencoba menjelaskan orangnya gak mau ngerti, jadinya milih diam. Begitu ketemu dengan orang yang nyambung... dhaaaaar... mau semalaman ngobrol juga gak berhenti-berhenti.

Hukumnya apa sih belajar Islam. Yah, kalo mengaku muslim mestinya memang belajar agar selamat dunia akhirat. Bila nyangkut di duniawi ya bahagianya di duniawi saja di akhirat belum tentu selamat. Tapi ada loh kenalanku seorang ibu-ibu pensiunan rajin banget ikut pengajian. Tapi diajak ngomong juga gak nyambung. Sebetulnya masalah kapasitas otak atau gimana sih. Menurutku sih, orang yang cara berpikiran sederhana tapi gak neko-neko malah lebih mudah untuk masuk surga. Asal mau mengamalkan ajaran Islam dengan benar. Tapi bila aslinya pintar, kenapa akal itu sibuk dipakai untuk cari uang, ide untuk menyenangkan diri sendiri, malas menggunakannya untuk memahami Islam.

Ada guyonan dua blogger cowok yang keduanya sempat sering chat denganku, tapi secara terpisah. Intinya keduanya sama-sama insomnialah. Guyonannya adalah masalah MAQOM. Kalo belum maqomnya gak akan ngeh. Waktu salah satu blogger ini mnghilang, penuh pertentangan batin. Setan dan malaikat di hatinya bertarung itu salah satu di tulisannya, aku mencoba ngobrol dengan teman chatnya. Aku tanya kok ngilang kamu tau kenapa, trus temennya ini bilang, ah dia gak tau tentang maqom.

Kata maqom itu terngiang-ngiang di benakku, apa sih artinya. Maklum di Muhammadiyah gak banyak dibicarakan tentang maqom ini. Setelah baca banyak referensi dan berdiskusi dengan temenku spiritualis, akhirnya aku tau maqom itu derajat di mata Allah. Para aulia Allah itu kekasih Allah jadi mendapat karomah karena tingkat spiritualnya yang begitu tinggi dibanding manusia biasa. Tapi aku yakin, manusia biasa tidak perlu jenius untuk menjadi kekasih Allah, dengan bertakwa dan mempunyai akhlak yang baik juga disayang Allah.

Para aulia Allah ini mempunyai kedekatan dengan Allah sehingga perintah Allah semuanya dilakukan dengan penuh keikhlasan, bukan menjadi beban. Barangkali yang membedakan tingkat spiritual seseorang dengan lainnya apabila mau melaksanakan perintah Allah dengan senang hati, dan merasakan kepuasan karena kedekatan dengan Allah. Itulah yang disebut keimanan, dan keimanan kadang bisa naik dan bisa turun. Kadang manusia bisa begitu tegar, kadang membutuhkan bantuan orang lain bila sedang drop. Karena itu surat Al Ashr dinyatakan supaya manusia saling menasehati untuk menetapi kebenaran dan kesabaran. Manusia beriman itu siap dikritik demi memperbaiki diri agar lebih baik di hadapan Allah.

Seorang spiritualis akan dengan senang hati mengamalkan ajaran Allah, senang dikritik, haus ilmu agama, dan membuka hati saat berbincang dengan orang-orang shaleh yang taat beragama. Sedangkan orang yang tertutup mata hatinya, mau dikasih tau sampe berbusa-busa juga gak akan ngerti. Dikasih tau bahwa mencaci maki itu akhlak yang buruk dan akan memperberat dosa, mengurangi pahala karena akan diberikan pada yang didzalimi juga gak ngerti-ngerti. Soalnya orang yang tertutup mata hatinya berat untuk menjalankan perintah agama dan mendapat kepuasan bila melaksanakan bisikan setan.

Masak aku pernah nulis ada orang marah-marah sama aku itu karena kena bisikan setan gak terima. Langsung marah di twitter, marah di facebook ngatain gak pantes blog seorang wanita yang berbau Islami kok nyerang. Lah, aku benar-benar dimaki-maki kok... katanya "kamu ngapain nanya aku shalat apa enggak"... Aku gak merasa nyerang, aku nulis orang kalo marah-marah itu berarti kena hasutan setan. Dan begitulah... orang yang candaannya membahas maqom tidak tau bahwa dalam manusia itu selalu penuh dengan perang malaikat dan setan.

Bila malaikat menang, maka hatinya tenang, tetap sabar, mendekatkan kepada Allah dengan senang hati. Aku gak merasa nyerang loh, cuman aku mau kasih tau ke dia yang sudah blokir aku di Facebook. Tau gak kamu itu nyakitin aku banget dengan maki-maki aku. Padahal aku sudah mencoba bicara baik-baik, tapi bahasamu ke aku kasar banget.

Blogger temennya yang ngilang juga nyakitin aku banget. Dengan versi berbeda. Soalnya dia gak terima aku kritik, katanya mending intropeksi diri aja gak usah ngurusin orang. Tanpa disadari energi negatifnya nyambung ke aku, sampe aku ikutan sakit. Bingung aku, sampe nanya-nanya ke temenku yang indigo maksudnya apa ini. Masih mengambang jawabannya. Kalo ini ujian buatku supaya aku mendoakannya agar dia bisa menghilangkan energi negatif, trauma, aku akan mendoakan. Semoga dia bahagia supaya aku bisa merasakan energi positif yang terpancar dari batinnya. Please yah, jangan nulis dengan sisi setan lagi, aku ikutan sakit karena kita telanjur terkoneksi saat kamu curhat sama aku di gelombang alpha...

Ahhhh... tulisan curhat gak jelas. Mohon maaf nih, lagi vertigo, berharap uneg-unegku mengurangi vertigoku hari ini...

Comments

  1. maqom kita beda rupanya, kalo begitu saya baca sajalah daripada komen banyak gak nyambung. permisi...

    ReplyDelete
  2. mungkin orang yang menghina itu yang sebenernya sedang menghina dirinys sndiri

    ReplyDelete
  3. maqom dalam sudut pandang "agama" memang bermakna beda. Tapi dari keseharian saja, bisa dilihat dari tingkat pemahaman orang tsb. Bagaimana dia menyampaikan suatu maksud dengan cara atau ciri khas orang itu.
    kalau kecenderungannya, dalam berpendapat penuh dengan "emosi" dan syak sangka,....maka bisa dilihatkan tingkat pemikiran orang itu?
    Tapi juga (kita) mesti berhati-hati dalam bergaul dengan banyak manusia, karena banyak juga apa yang ditampilkan tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam.
    Seseorang bisa saja berpura-pura bodoh dan ini sangat tidak terlihat dibanding dengan orang yang berlagak pintar....

    kalau dipikir-pikir...jaman sekarang ini lebih baik perbanyak "dialog" dengan Tuhan saja.....karena Dia bisa menjaga aib (rahasia) dari hamba-Nya......dibandingkan kalau dengan sesama manungso....banyak salah pahamnya ^__^....setuju mba?

    ReplyDelete
  4. aku nggak ngeerti.. huhuhuu maafkan aku soal ini, kayaknya memang butuh dipelajari lebih detail dulu baru bisa komen.

    nunut avip.. permisii numpang lewat juga :)

    ReplyDelete
  5. @M Avip, wah merendah niiih... kura-kura dalam perahu pura-pura tidak tahu

    ReplyDelete
  6. @Yus, orang menghina itu ada asbabun nuzulnya (kisah di balik penghinaan itu) ada sesuatu yang ditutupin

    ReplyDelete
  7. @Arya Devi, dalam kasus ini ada semacam hal yang ditutupi. Tapi toh menyakiti hati dalam Islam itu sebetulnya dilarang karena itu perbuatan dosa. Banyak orang tidak sadar karena ego pilih ngamuk sana ngamuk sini. Bukan kepuasan yang didapat malah dendam kesumat, dan hati yang tambah menyala-nyala.

    Dan temen blogger yang menghilang itu cenderung introvert ingin selesaikan sendiri masalahnya, kadang gak kuat jadi tanpa sengaja curhat lewat telepati, alam bawah sadar yaitu di gelombang rendah, gelombang alpha

    ReplyDelete
  8. @Gaphe... yah, emang jadi pemikir itu suka capek tapi itu tantangan. Memecahkan misteri kenapa si A begini, si B begono.

    Kadang masih ngambang tapi hidup itu berubah terus, manusia bertransformasi.

    Dan kamu Phe... kamu punya bakat jadi manusia bijak yang banyak pengalaman dan bahagia... beneran

    ReplyDelete

Post a Comment