Kenapa butuh second opinion, third opinion bila menderita sakit

Beberapa penyakit mempunyai gejala mirip-mirip. Ada temenku di Jakarta anaknya menderita sakit panas, tadinya dipikir radang tenggorokan. Setelah diberi antibiotik tambah panas tinggi beberapa hari kemudian. Ganti antibiotik untuk pencernaan. Masih juga panas tinggi, akhirnya ketahuan bahwa telinganya infeksi. Masih beruntung masih bisa selamat setelah berhari-hari panas tinggi.

Temanku yang lain anaknya flu tidak sembuh-sembuh berbulan-bulan. Akhirnya setelah pengobatan bermacam-macam akhirnya ketahuan di rongga hidung ada potongan beberapa kapas yang sudah membusuk.

Almarhum pakdheku menderita sakit parah. Di awal pengobatan, setelah berkali-kali tes lab pengobatannya untuk jantung. Setelah pengobatan sekian lama untuk jantungnya, ternyata bukan menderita penyakit jantung, tapi paru-paru. Memang beliau ini hobinya merokok. Menyedihkan kalo ingat saat itu...

Barusan dengar kabar sahabatku sakit didiagnosa kena liver, masuk rumah sakit didiagnosa sakit lain lagi gak jelas. Malah jadinya ngotot minta pulang saja.

Kesehatan itu mahal harganya. Ada temanku yang bilang aku menyiksa diri karena membiasakan makan makanan sehat. Pagi makan buah, siang nasi sedikit, malam tidak makan nasi. Entahlah, porsi makanku memang jadi sedikit. Aku juga mengurangi gorengan, cemilan, tepung putih, mi instan. Cemilan lebih suka makan buah. Selain itu juga membiasakan jalan kaki, atau bersepeda kemana-mana supaya darah mengalir lebih lancar. Biarpun jadi kaum minoritas pengguna sepeda, biarin deh, aku suka kok. Alhamdulillah jarang sakit yang berat. Pernah demam juga, nekat tidak mau ke dokter, mau mencoba keampuhan propolis dan self healing dengan pernapasan.

Akhir-akhir ini sedang belajar tentang pengobatan herbal, dan berencana mau jualan. Titipkan ke teman lewat penjualan online. Juga dititipkan ke beberapa tempat lagi. Yang jadi masalah, aku lagi ngumpulin modal, hehehe... Soalnya belum mendesak, masih punya penghasilan dari kerjaanku dan sibuk dengan perubahan tadinya pulang siang jadi sore, jadi masih perlu bersabar sampai modal terkumpul dan punya waktu untuk menjalankan. Belum lagi aku mesti belajar tentang kurikulum, bikin laporan. Paling sulit kalo ilham tulisan sudah muncul di kepala dan mesti ditulis. Atau ada hal yang ingin aku pelajari jadi semalaman sibuk membaca referensi di google.

Susah ya berurusan dengan dokter atau rumah sakit di jaman sekarang. Kakakku saja yang tinggal di Jakarta tidak percaya dengan dokter di Indonesia yang sukanya lempar sini lempar sana. Adalagi sahabatku yang cek up kesehatan keluarganya di Singapura. Mahal tapi hati tenang, gak kayak dokter di indonesia yang sering gaje katanya. Beruntung mereka-mereka ini punya uang banyak bisa cek up atau berobat ke luar negeri.

Aku sendiri menghindari dokter sebisa mungkin, termasuk obat kimia. Walau juga perlu berdiskusi dengan dokter untuk ngerti apa pendapat mereka. Beberapa teman baikku adalah dokter yang berdedikasi tinggi. Walaupun sayangnya aku ribut dengan beberapa di antara mereka (tidak semua) karena mereka merasa sudah banyak menolong orang tersinggung saat aku ingatkan untuk lebih ikhlas dan perbaiki ibadah. Mereka tidak terima saranku, sudah merasa jadi orang baik tidak perlu menjadi seorang yang Islam fanatik.

Sudah ya ceritanya... sedikit ngedrop karena lagi... siklus wanita tiap bulan. Biasanya kalo lagi gini bawaannya tiduran aja, sekedar ingin posting walau kok rasanya tulisannya kacau balau amat yah...

Comments

  1. aku jg gak percaya dokter..
    ky'a kok klo kedokter mlh ky diboongiin mentang2 gak ngerti ~_~

    ReplyDelete
  2. ooo... wanita kalu kena siklus bulanan bawaan nya tidur ya,, bukan nya biasa nya marah gak jelas

    ReplyDelete
  3. aku juga sedang berusaha meninggalkan ubat dgn mengambil supliment dn mengamalkan gaya hidup sihat. ya benar, kesihatan itu mahal harganya. semoga Allah yang Maha Besar memurahkan rezeki buat kita semua. amin.

    ReplyDelete

Post a Comment