Ajaran Islam tidak sekedar ibadah saja tapi juga mempunyai akhlak yang baik

Salah seorang temanku, dengan pemikiran Islam yang kontroversial telah banyak menyumbang inspirasi untuk blog ini. Tapi selain dia banyak sekali orang dengan pemahaman Islam macam-macam yang kukenal. Misalnya blogger yang menceramahi aku, berbuat baik itu sudah cukup tanpa perlu belajar dan menulis tentang hadits dan ayat Al Qur'an di blognya.

Kadang aku juga menulis yang aku pahami tanpa kutulis ayat apa, hadits apa, tapi Insya Allah aku bisa menyebutkan ayat mana dari Al Qur'an yang berkaitan dengan tulisanku. Karena bertentangan pemahaman untuk mengamalkan Islam aku dengan blogger satu itu, tidak heran dia memblokirku di FB dengan alasan pribadi tentu saja, sakit hati sama aku setelah sebelumnya memaki-maki aku ngatain aku menuduh blognya tidak sesuai syariat Islam. Temennya si blogger ini sih masih baik sama aku, tapi blogger itu sendiri dendamnya gak ketulungan, baca statusku dan tulisanku di FB sudah tidak mau lagi sama sekali. Soalnya dia sudah memblokir aku di FB, sudah dipastikan bila aku menulis status "mohon maaf lahir batin" dia tidak akan membaca dan meresponnya.

Jadi ingat postinganku berjudul Tidak masuk surga orang yang tak mau memaafkan si peminta maaf. Sederhana saja berkaitan dengan pemutusan hubungan silaturahmi, Islam mengajarkan untuk berusaha menyambung hubungan, tapi bila dibalas dengan kasar maka pahala yang tidak mau memaafkan diberikan pada yang berusaha meminta maaf. Biarpun rajin ibadah seperti apa juga, apa gunanya amalannya, akhirnya pahalanya defisit diberikan pada orang yang dimusuhinya. Masalah transfer-transferan pahala seperti ini masih belum dipahami orang dengan ego tinggi, dan suka mendendam. Gak sadar, menurutkan ego akan membuat pahalanya defisit dan menjerumuskan ke neraka. Jangan tanya deh, berapa teman tadinya yang suka telpon-telponan atau jalan sama aku akhirnya memblokir aku di FB... banyaaak. Berkaitan mereka yang masih berniat untuk taubat dalam wacana, jadi melihat temennya berusaha rajin shalat dalam setiap kesempatan merasa gak nyaman. Soalnya aku sekolah di sekolah umum, bukan lulusan pesantren, dan banyak temanku yang duitnya lagi banyak-banyaknya menganut hedonisme.

Bagi yang sudah ingin istiqomah memang akan berusaha taat beribadah. Salah seorang blogger temanku menurut sahabatnya mendefinisikan bahwa dia muslim yang taat karena rajin shalat di masjid, dan tulisan-tulisannya banyak tentang memakmurkan masjid. Anehnya, "blogger muslim taat" ini termasuk yang memutuskan silaturahmi sama aku. Aku minta maaf dia tidak merespon, jadi definisi Islam taat yang dipahami temannya hanya yang rajin shalat, rajin sedekah. Belum paham tentang bagaimana seorang muslim mesti mempunyai akhlak yang baik, berusaha tidak menyakiti dan mengecewakan orang lain. Aku rasa karena berbeda paham soal penampilan, dia berpendapat wanita sholehah itu mesti menggunakan baju muslimah syar'i, pake rok, kerudung lebar. Aku dianggapnya bukan wanita sholehah, karena aku masih pake celana panjang, berusaha pake baju tidak ketat, sering aku rangkap malah, dan kerudung pendek. Bila belajar dari Quraish Shihab, maka beliau menjelaskan kerudung tidak wajib tergantung lokasi daerah dan budaya. Selama wanita ini berlaku sopan, tidak berlebihan menonjolkan aurat tentunya dengan menggunakan baju yang tidak ketat, tipis dan transparan. Tulisanku ini yang membahas pendapat Quraish Shihab tentang kerudung tidak wajib banyak diprotes oleh wanita yang sudah pake kerudung, mereka beranggapan yang tidak pake kerudung tidak akan masuk surga.

Surga itu untuk siapa sih sebetulnya? Surga itu ditujukan bagi yang telah berbuat sesuatu yang Allah ridhoi. Pembunuh yang telah membunuh 100 orang, dalam usahanya hijrah ke tempat lebih baik untuk bertaubat padahal belum pernah berbuat amalan kebaikan saat meninggalnya dimasukkan surga. Pelacur yang telah bertaubat memberi minum anjing yang kehausan masuk surga. Bahkan cerita tentang Imam al Ghazali, beliau masuk surga bukan karena buku-bukunya dan kebijaksanaannya tapi karena membantu lalat yang hampir mati kecemplung ke tinta jadi bisa terbang lagi. Cerita tentang Imam al Ghazali ini dari mimpi seorang ulama. Surga itu hak prerogatif Allah, bagi siapapun yang telah melakukan hal yang Allah ridhoi. Tidak ada manusia yang berhak mengatakan bahwa dia sudah pasti masuk surga, hanya bisa dilihat dari ciri-ciri bagaimana beramal dan saat meninggalnya.

Rajin shalat sampai "jengkang jengking" (istilah Jawa yang sulit diterjemahkan, hihihi), belum menjamin seseorang masuk surga. Pak Munichi, pengisi pengajian di rumahku pernah mengatakan, kok bisa ada orang rajin shalat di masjid, dzikir lama sampe nangis, shalat sunat semua dilakukan, masih tega korupsi. Kata beliau, karena keimanannya ditinggal di masjid. Saat keluar dari masjid dia menjadi manusia yng akhlaknya kurang baik, tidak meneladani sifat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam Amanah, Fathonah, Siddiq, Tabligh. Tidak mau memahami bahwa korupsi yang dilakukannya memang membuat hidupnya makmur dengan standar bisa menyekolahkan anaknya di luar negeri misalnya, atau membelikan istrinya berlian besar, tapi lupa bahwa tindakannya menyengsarakan rakyat kecil. Pahala shalatnya bisa jadi akan dibagi-bagikan pada orang yang dirugikan, entah berapa banyak. Jadi percuma kan, shalatnya tidak jadi tabungan atau bekal akhirat. Tapi seorang teman bilang kalo shalatnya benar ditujukan pada Allah, pasti hati nuraninya bisa didengar tidak berani korupsi. Hanya Allah yang tau shalat yang dilakukan ikhlas atau tidak. Shalat yang diusahakan khusyuk dan ikhlas akan membuat orang menghindari perbuatan keji.

Islam mengajarkan tidak hanya hubungan vertikal saja yang diperbaiki, tapi juga hubungan horizontal. Hubungan vertikal yang benar, atau berusaha beribadah dengan ikhlas, akan membuat hati nurani bisikannya lebih terdengar, jadi akan selalu berusaha memperbaiki hubungan horizontal sesulit apapun.

Banyak orang sudah yang sangat menyakiti hatiku selama aku berusaha istiqomah, masih berusaha. Tapi bila ingat mereka-mereka ini memberikan pahala padaku itu membuatku merasa lebih baik. Tentunya aku tetap berusaha mengamalkan ajaran Islam yang benar. Terserah mau dikatakan sholehah atau tidak, itu juga Allah yang mengetahui isi hati manusia. Usahaku untuk belajar dan mengamalkan Islam banyak mendapatkan cobaan, tapi itu semua membuatku jadi lebih mengerti. Semua kejadian yang kita alami, kita mesti ridho, jalani sajalah. Masih belum bisa dicapai di dunia, seperti halnya pembunuh yang berusaha hijrah ke kampung yang lebih baik padahal belum punya amalan, usaha pertaubatan, memperbaiki diri, hijrah sekecil apapun pasti ada maknanya. Memang tidak mudah, tapi itulah, pengorbanan yang dilakukan karena Allah, ikhlas lilahi ta'ala selalu berusaha belajar dan mengamalkan apa saja yang Allah ridho, akan mendekatkan dengan Allah saat di akhirat nanti. Menempatkan di tempat terbaik dekat dengan Allah yaitu di surga. Insya Allah...

Comments

  1. itu kan ceritanya udah lama, kan? dari Lia SD juga udah tau.. tapi Lia mau nanya, cerita itu sebenernya diambil dari Al quran atau al hadist?
    trus truss
    kata nya kan pelacunya masuk surga tuh...
    itu pelacurnya masuk surga LANGSUNG MATI MASUK SUGA SEKETIKA... atau DICUCI dulu di neraka?
    jawab yaaa.... Lia tunggu

    ReplyDelete

Post a Comment