Maaf aku bukan pecinta buku

Mencoba kasih link tulisanku di salah satu komunitas blogger, aku memperhatikan banyak blogger yang ternyata adalah pecinta buku. Mengkoleksi buku, banyak membaca, menulis buku, dan tergabung dalam komunitas pecinta buku atau penulis.

Maafkan, aku bukan termasuk blogger yang berlebihan menjadi pecinta buku. Bahkan juga bukan pecinta musik, aku tidak punya koleksi lagu-lagu di hapeku. Tapi kalo buka netbookku, ada catatan banyak lagu dengan chordsnya. Mungkin aku memang blogger yang aneh.

Ada seorang temanku cerita, kalo dia mudah sekali untuk tertarik dengan buku, menjadi kolektor buku. Waktu dia pindahan keluar kota baru menyadari kalo buku-bukunya banyak yang masih terbungkus plastik. Menurutku itu jadi mubazir. Aku sendiri bertanya padanya, apa buku-bukunya benar-benar dibaca dan diamalkan?

Sedikit berbeda yang aku terapkan pada anak-anakku. Aku tidak pernah membelikan mereka boneka, atau mainan berlebihan, aku lebih suka membelikan mereka buku. Waktu bayi aku belikan mereka buku-buku tebal. Setelah agak besar aku belikan mereka buku yang isinya pengetahuan seperti aneka hewan, tentang alam dan seterusnya.

Waktu aku di Bogor dalam kondisi kantung sangat tipis, aku membelikan anak-anakku buku seharga seribuan di lapangan sebuah sekolahan. Jadi kalo bukunya hilang aku gak begitu risau. Kadang membeli buku di toko buku diskon berkaitan dengan akhlak untuk anak-anak, dan memang anakku yang waktu itu umurnya 4 tahun dikasih sekardus Barbie asli dengan pernak-perniknya tidak begitu tertarik untuk dimainkan. Tiap habis Maghrib sibuk membaca buku.

Kenangan yang entahlah... aku memutuskan tidak membeli buku lagi setelah aku balik ke Jogja dan tidak punya uang berlebih. Aku hanya bisa menumpang membaca buku-buku inspiratif di mall. Buku Quantum Ikhlas pemberian dari adikku yang pernah menerbitkan sebuah buku berkaitan dengan sejarah Jepang di Indonesia, sedangkan buku-buku dari ustadz Yusuf Mansyur peninggalan dari almarhum Bapak.

Ah... menangis lagi, beberapa hari ini lagi sensi banget. Aku ingin mencetak tulisanku di blogku wordpress Catatan Tanpa Nama (karena tidak menyangkut nama orang) untuk kubagikan pada siapapun yang membutuhkan. Tulisan di blog ini banyak menyangkut orang-orang. Bukan untuk diterbitkan. Sekedar mencurahkan uneg-uneg lalu biarkan sejarah itu berlalu.

Ada keluarga di Bogor yang sering aku bahas, aku tadinya ingin menuliskan uneg-unegku ke mereka, lalu muncul gambaran lengkap apa yang terjadi kenapa mereka sampai begitu. Ada temen-temen komunitas teman lama di Facebook yang memblokirku. Disusul akhirnya diblokir teman-teman bloggerku yang tadinya sering chat. Kejadian itu sangat menyakitkan tadinya, tapi tanpa kejadian itu aku tidak akan terpacu untuk belajar lalu menuliskan pemahaman dari segi Islam.

Seseorang bilang bahwa aku bukan orang yang bijak sampai dijauhi orang. Sekarang aku bertanya, apakah para Nabi itu bukan manusia bijak, kenapa mereka mencoba berdakwah malah dilecehkan orang-orang sekitarnya? Sebut saja beberapa, Nabi Nuh 'alaihi sallam, Nabi Yunus 'alaihi sallam, Nabi Luth 'alaihi sallam. Seorang Nabi yang malah dizalimi oleh saudara-saudaranya sendiri adalah Nabi Yusuf 'alaihi sallam, karena dia begitu rupawan dan sangat disayang ayahnya.

Sepertinya aku memang tidak pernah memikirkan diriku sendiri selama belasan tahun terakhir. Aku suka membaca buku, tapi aku hanya memilih buku yang menurutku sangat bermanfaat, supaya tidak mubazir kalo membelinya. Aku pernah memegang buku Ihya Ulumuddin di toko buku diskon sambil menghitung uang di dompetku tidak cukup. Walau tidak punya buku itu, tapi karena waktu pengajian di Bogor ustadz lulusan Kairo membahas secara bersambung buku itu aku jadi tau sepintas isi bukunya. Termasuk diceritain kisah  dari ustadz bahwa imam Al Ghazali masuk surga bukan karena buku-bukunya, tapi karena menyelamatkan jiwa seekor lalat yang kecemplung masuk ke tintanya.

Entahlah, hanya mencoba mengetahui esensi dari sebuah buku bukan kolektor buku apa masih bisa disebut pecinta buku ya. Maaf kalo aku tidak seperti teman-teman blogger lain yang menyatakan sebagai pecinta buku...

Comments

  1. Saya salut dengan Mbak Ami ini. Salut juga dengan anaknya Mbak, yang diberi Barbie tidak terlalu tertarik, justru setiap habis Magrib asyik baca buku.

    Cara Mbak ini jadi inspirasi buat saya hari ini yang kebetulan mau belikan kado buat keponakan kesayangan saya.

    Salut juga Mbak masih mengatakan orang-orang yang memblokir Mbak sebagai "teman-teman", kalau saya sih akan menyebut mereka dengan sesuatu yang lain, tapi pantas untuk diarahkan, heheheh.

    Ada kalanya, orang membeli buku dan mengoleksinya sekadar untuk gaya-gayaan, beda dengan orang yang membeli buku secara selektif dan benar-benar dibaca dan dimanfaatkan isinya. Saya sendiri juga jarang beli buku lagi, sebab akhir-akhir ini buku-buku (agama) terbitan baru hampir-hampir tidak menarik lagi buat saya.. kebanyakan isinya kok pepesan kosong ya? :D

    Anyway, keep tough, keep smiling, Mbak. Dunia kita takkan kiamat tanpa "teman-teman" sedemikian. :)

    ReplyDelete
  2. aku juga sering berpikir, kalau mungkin (insya Allah) aku masuk surga dari perbuatan amal baik yg justru hanya aku anggap kecil sebesar zarah

    krn itu aku selalu menekankan diriku, R10 jangan pernah anggap remeh perbuatan baik sebesar zarah

    dulu aku suka banget jahilin kucing, gampang membunuh semut tanpa alasan

    sekarang hal2 tak perlu seperti itu aku coba hindari selama binatang tidak mengancam (berbahaya)

    ReplyDelete
  3. secara tidak sadar memang kita terpengaruh oleh buku yang kita baca koq mBak Ami....sayang,..aku juga jarang beli buku akhir2 ini,..gak seperti jaman kuliah dulu...

    ReplyDelete

Post a Comment