Dari hati bersih akan mempunyai firasat kuat

Kalo kita pernah mendengar mensana in corpore sano yang berarti dari badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat maka untuk mendapat firasat kuat mesti selalu membersihkan hati.

Percakapanku dengan sahabatku sama-sama pencari ilmu ajaran Islam tentang firasat

"Mi, sejak aku rajin shalat Tahajud, shalat Dhuha firasatku tambah kuat saja. Hidup jadi seperti dimudahkan", kata temenku.

Aku menyimak.

"Pas anakku ada apa-apa di sekolahan aku merasa gak enak banget, dan bener, ternyata dia terjatuh dan panggil-panggil mama", jelasnya lagi.

"Tapi katanya kalo anak yang punya indra ke-6 kata salah satu ustadku lebih baik kemampuan itu dihilangkan", aku sedikit tersentak tapi memilih diam.

Aku tau persis kalo temenku ini sepenuh hati menjalankan Islam secara lurus, banyak sedekah, rajian puasa, ikutan kelompok shalat Dhuha, malam rajin shalat tahajud (tidak hanya kalo ada masalah) serta aku selalu siap menemani kalo dia mendatangi pengajian atau iktikaf di bulan Ramadhan. Aku banyak sekali berdiskusi dengannya, terutama saat perjalanan menuju tempat pengajian. Salah satu pembahasan menarik adalah aku bercerita sering banget menemui laki-laki yang banyak bicara tentang Islam, blognya bertuliskan tentang Islam, atau juga tipe-tipe yang ingin bertaubat tapi tidak untuk menahan hawa nafsu. Laki-laki model gini membuat pembenaran dengan kalimat kalo nyerempet-nyerempet gak dosa, atau atas nama cinta, bisa juga soalnya kepengen banget jadi pengen dilampiaskan soal dosa atau enggak belakangan deh. Itu dulu sih ceritanya waktu sebelum aku ngeblog, suka ngobrol sana-sini, telpon-telponan, dan kenapa ya laki-laki seumurku yang aku kenal banyak di otaknya melulu isinya penyaluran nafsu syahwat. Sekarang hapeku sih jarang ada SMS paling juga "Mama, (pake tanda koma) minta pulsa". Langsung aku beliin soalnya bukan mama yang di kantor polisi tapi anakku minta mamanya beliin pulsa.

Membersihkan hati tentunya dengan meneladani akhlak Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Fathonah, Siddiq, Amanah, Tabligh. Berusaha selalu berkata jujur, bahkan namanya white lie bohong untuk kebaikan kalo bisa dihindari ya dihindari. Bila berjanji ditepati, mendapat SMS dijawab, tidak ingin mengecewakan orang lain. Dan mengingatkan orang lain dengan cara yang baik. Pokoknya berusaha semampunya deh... sampe-sampe kalo ada ide berbohong groginya setengah mati. Kalo ada janji belum dituruti kebayang-bayang terus.

Para penipu profesional itu biasanya mudah menipu tanpa merasa bersalah sedikitpun. Ini obrolan waktu dulu aku masih bego soal kejujuran, dihantam kromo sama temenku yang iseng di milis.

"Suamiku orangnya jujur dia tidak akan mau berkata bohong", tulisku di milis.

"Termasuk kalo selingkuh dia juga akan cerita ya", komentar temenku iseng banget.

"Soalnya menipu itu katanya membohongi diri sendiri", jawabku lagi.

"Kalo gak cerita termasuk membohongi kamu gak", pokoknya gak peduli benar atau salah temenku mesti menjawab diskusi aneh ini. Aku sekarang kalo ingat kok jadi pengen ketawa.

Jadi kalo aku nemu orang yang mengaku Islamnya kuat tapi suka berbohong, runtuhlah respekku padanya. Hati nuraninya dimana batinku, dengan mudahnya dia bohong, walau ibadahnya kuat di mataku semuanya hancur berkeping-keping runtuh karena hobinya yang suka berbohong tanpa merasa bersalah.

Selain itu orang yang berusaha mempunyai hati bersih tidak ingin menyakiti hati orang lain walau disakiti hatinya. Pernah gara-gara aku minta tolong anak kecil beli sabun tapi yang dibeli keliru di minimarket omnya minta ganti sambil marah-marah.

"Mbak, ini keponakan saya salah beli sabun tolong ya digantiin sama minta kembalian", kata temenku.

"Maaf Pak, kalo ditukar bisa tapi kalo minta kembalian tidak bisa mesti diganti dengan barang lebih mahal", jawab mbaknya penjaga kasir"

"Saya tidak mau tau mbak, rumah saya dekat sini dan saya sering belanja di sini, saya mau ganti dan minta kembalian", jawabnya dengan nada keras.

Dengan wajah gak enak penjaga kasirnya membolehkan menukar barang sambil memberi uang kembalian. Aku cuman komentar

"Cuman uang segitu aja pake marah-marah, beli barang dibanyakin kenapa".

"Biarin aja, kadang orang perlu dikerasin biar ngerti" jawab om ini penuh kepuasan merasa menang dengan melampiaskan kemarahan.

Karena berusaha- masih taraf berusaha, kadang-kadang lupa - untuk jujur, menepati janji, tidak menyakiti hati, kerasa banget kalo ngeliat orang berbohong, seenaknya sendiri menyakiti hati orang lain tanpa merasa bersalah, membatalkan janji begitu saja karena malas atau hanya karena masalah sepele dengan mudahnya memusuhi orang lain.

Apa dengan berusaha selalu membersihkan hati jadi merasa jadi orang suci, justru malah enggak. Malah rasanya setiap hari ada saja hal yang sepertinya memancing emosi. Sangat beruntung aku bekerja di sekolahan yang guru-gurunya digembleng untuk selalu menguatkan keimanan dengan siraman rohani terus-menerus. Jadi sesama guru tidak akan berusaha menyakiti hati walaupun berbeda pendapat. Kalo aku pernah nangis disakiti hati juga pernah, tapi toh akhirnya dengan mengutarakan kepada kepala sekolah akhirnya dianggap karena perbedaan persepsi. Aku sendiri ngerasa orang yang paling sensi, tapi berusaha untuk habis-habisan meredam emosi. Dan blog inilah jadi tempat curhatanku.

Belum lagi energi negatif entah dari mana yang mengelilingi aku. Misalnya ada orang pernah maki-maki katanya aku nuduh aku ngatain dia bukan Islam taat lalu aku nulis, ada orang kena bisikan setan, sampe bisa marah-marah kayak gitu. Langsung di wall FBnya ada kalimat "aku dikatain setan sama seseorang" dan langsung aku diblokir. Atau ada sekelompok orang berkasak-kusuk awas dengan blogger yang satu ini, dan itu aku yakin ditujukan sama aku. Getaran negatifnya bikin aku mau pingsan rasanya. Menurut aku biarpun jidatnya hitam legam karena sering bersujud, tapi sanggup menyakiti hati orang lain ibadahnya hangus ibarat kayu kering terbakar.

Kenyataannya memang melampiaskan hawa nafsu kemarahan dan syahwat itu bikin puas bagi orang tertentu. Dengan pembenaran ini itu. Kayak misalnya tadinya rajin shalat, sampe segala shalat sunat dijalani, setelah firasatnya tajam mulai meninggalkan shalat alasannya jiwaku shalat langsung di depan Ka'bah karena sudah ma'rifatullah. Gak peduli dengan para ahli ibadah sekalipun, mereka juga tidak aman dari godaan setan. Setan akan membelokkan agar mereka bersikap sombong, merasa paling shaleh yang lain masuk neraka semua. Atau jatuh cinta dengan kebayang-bayang pada seorang perempuan supaya kekhusukan ibadahnya keganggu.

Semua orang berhak masuk surga, baik yang jarang ibadah bisa saja dia di akhir hayatnya bertaubat karena kebaikan hatinya banyak menolong orang. Tapi yang ahli ibadah malah berpotensi masuk neraka paling dalam karena sombong, 'ujub, merasa pintar, tidak mau dikritik, memusuhi orang beda pemahaman, kebayang-bayang dengan lawan jenis akhirnya menipu istri dengan alasan poligami boleh dalam Islam, suka memaki-maki pada yang disebutnya musuh Islam.

Lebih baik ilmunya sedikit, tidak pandai berdebat, tapi taat beribadah dan hatinya bersih. Daripada terlalu banyak ilmu dengan berusaha melahap semua kitab, jarang diamalkan, memusuhi yang berbeda pendapat, merasa bebas dari hisab karena kedekatan dengan Allah jadi boleh melakukan apa saja.

Terus terang, aku sendiri suka membahas hal ini dengan sahabatku pencari ilmu agama, kok bisa yang paham Islam malah selingkuh, menikah diam-diam tanpa ijin dengan istri pertama, memusuhi orang yang tidak sepaham. Barangkali yang dibaca hanyalah cara shalat yang baik, ibadah apa saja supaya dekat dengan Allah tapi masalah akhlak malah ketutup dengan ilmu-ilmu lain. Dan biasanya mereka ini juga tidak mau mendengar ceramah dari ustad non golongannya, eksklusif maunya dengerin dari yang sepaham saja.

Islam memang perlu diperjuangkan, perlu diluruskan, amar ma'ruf nahi munkar, melawan setan anak buah iblis, melawan para pendukung dajjal karena saat ini sudah hampir kiamat. Seharusnya para muslim itu bersatu bukannya saling menyalahkan yang lain dan merasa diri paling benar. Akhirnya memang hanya MUSLIM YANG BERIMAN BERSATU melawan pendukung dajjal. Para ahli ibadah, para penguasa ilmu agama yang memilih memecahkan diri dari kelompok manusia beriman membuat setan tertawa karena sukses digelincirkan dengan riya', sum'ah, ujub.

Seseorang yang beranggapan dia bijaksana, cerdas, pandai, ingin diakui dengan meyakinkan orang lain ngomong sana ngomong sini menunjukkan betapa pintar dirinya justru menunjukkan akhlak yang buruk. Tentunya berbeda bila banyak orang lain yang mengakui bahwa seseorang tinggi ilmu agamanya, seorang yang tinggi ilmunya hanya bicara kebaikan atau diam. Dan aku merasa masih belum sanggup untuk selalu bicara yang baik-baik saja. Masih kadang marah, mencak-mencak, curhat, kesel, ngambeg. Untungnya soal nulis di blog ini malah tambah lancar kalo disakiti hati, hehehe...

Firasat kuat datangnya dari kebersihan hati, bukan dari banyaknya ilmu. Sebaiknya belajar ilmu agama memang didukung akhlak yang baik meneladani Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah ridho dengan manusia yang menyelamatkan jiwa makhluk hidup, bukan malah menyakiti hati, menusuk-nusuk. Biarpun ahli ibadah sekalipun bila suka menyakiti hati orang lain anjing-anjing penjaga neraka akan mencabik-cabiknya... Ya Allah, hindarkan aku dari api neraka...

Comments

  1. semua orang punya firasat kok, kalo dia nyadar tau mana yg bener mana yg nggak.
    makanya Allah itu menyadarkan kembali lewat Islam, yg awalnya nggak tau apa-apa jadi tau.
    kitab sucinya terjaga hingga akhir dunia nanti, tinggal orangnya aja mau sadar apa nggak.
    contoh aja nafsu, disaat lagi hawa nafsunya terfokus pd suatu yg dia nggak tau kalo itu ternyata negatif, maka hal positif nggak akan muncul disaat itu juga diwaktu yg bersamaan. Penyesalan deh akhirnya yang ada, itu juga kalo kepikiran.. Coba kalo nggak, nauzubillah min zalik..

    ReplyDelete

Post a Comment