Ngapain di Surabaya

Aku seneng banget waktu di Surabaya. Bisa ketemuan sama PakDhe, blogger-blogger lain juga nambah kenalan baru.

Momen yang aku sukai waktu aku tercenung di saat resepsi keponakanku lalu cerewet di twitter, biasanya aku gak suka ngetweet, cuman isengku kumat.

Aku nulis dengan hashtag #sufi. Tau-tau pasa resepsi nangis sendiri. Intinya sufi adalah orang yang menjalankan ajaran tasawuf, tapi tasawuf yang gimana dulu. Soalnya ternyata banyak versi tentang tasawuf.

Allah tidak suka hal berlebih-lebihan, kadang tipis sekali beda antara riya' dan ikhlas. Ada kitab menggambarkan sufi yang menggunakan jubah kumal, wajah pucat, bibir komat-kamit itu termasuk riya' dalam beribadah. Manusia itu tugasnya tidak hanya beribadah saja tapi malah justru manusia terbaik adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Salah satu yang membuat Allah ridho adalah bila manusia mau berjihad, yaitu berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan harta dan jiwanya. Banyak pemahaman ini bisa berbeda-beda lah kok bisa, karena memang manusia diciptakan berbangsa-bangsa supaya saling mengenal. Menjunjung tradisi seperti yang dicontohkan para Wali yang menyebarkan Islam di pulau Jawa.

Tapi ajaran Wali diplesetkan jadi Kejawen, seperti kisah Sunan Kalijogo yang digambarkan mendapat kesaktian dengan berendam di sungai.

Pemahaman tentang Islam mesti bergaya mirip orang Arab menurutku juga salah kaprah. Sampai diartikan bahwa wanita sholeha mesti pake baju longgar kerudung lebar dan cadar. Tidak berani keluar tanpa seijin suami, sampai-sampai lebih suka mengurung diri di rumah.

Bukan berarti emansipasi wanita, bukan berarti melanggar sunnah, Islam itu memudahkan dan sangat menjunjung tradisi dari tiap-tiap bangsa. Kalo orang Jawa ya nikahnya boleh pake adat Jawa untuk seremonial saja, selama tidak meninggalkan shalat, tidak sampe ngutang dan tetap mengundang tetangga dan menyumbang ke fakir miskin.

Aneh banget yang merasa orang Jawa tapi mempopulerkan gaya Arab di Indonesia tuh. Sama sekali tidak menghargai cara dakwah Wali Songo di Indonesia. Kalo memang orang keturunan Arab ya wajar-wajar saja. Tapi apa ada jaminan dengan penampilan keArab-Araban akan masuk surga? Surga itu bagi orang yang bisa berbaur dan membahagiakan orang lain. Karena hidup itu untuk berbagi dengan ikhlas tidak hanya ibadah tok.

Salah satu momen paling membahagiakan adalah aku nyanyi di resepsi lagu Nuansa Bening dan Greatest Love of All dan dipuji suaranya bagus oleh sepupuku yang punya hajat. Belum tau tahun kemarin suaraku hilang, ini barusan belajar vokal lagi.

Ditanya kenapa gak jadi penyanyi, aku bilang lebih suka lagu Islami, lagu pop hanya untuk selingan menyesuaikan lingkungan saja.

Yah, waktu sehari di Surabaya cerewet banget di twitter, dan itu kejadian langka. Rasanya gak perlu dimuat di sini, gak enak, itu menyangkut perjalanan spiritualku.

Kapan-kapan nyanyi lagi ah... Udah males latihan keyboardnya, hehehe... Butuh beberapa hari. Enakan acapella sebetulnya. Tapi ntar liat aja ya...

Comments

  1. mbak Amiii, itu awalnya cerita seneng kopdar di Sby kok dikit bangettt... tau2 nimbrung ka lain???

    malah ke sufi trus ke pengantenan...saya pengen tahu kopdarannya mbak Ami kemarin gimana-kok dikit critane >.<

    ReplyDelete
  2. @Ajeng dan Elsa, oh cerita kopdar di blog 8lue Sky plus foto-foto

    ReplyDelete

Post a Comment