E-mail yang tidak mau sebut nama

Kalo aku baca tulisan-tulisan lamaku kadang suka mikir, ya ampuuuuuuun, ngapain aku nulis kayak gini ya. Waktu aku ke Surabaya di travel aku marah-marah gara-gara ada SMS nyelonong dan gak mau ngaku dia siapa.

Diari di blog ini terlalu terbuka kali ya. Gak ada remnya alias remnya blong. Dan entah ada saja yang mau komentar, baik banget. Kadang ada juga yang baca soalnya tersesat. Beberapa kali ada komentar anonim dan e-mail masuk tapi tidak mau kasih tau dia ini siapa. Cuman beberapa kali kirim e-mail terus hilang. Cuman berdebat soal agama terus ngilang gitu aja, panggil aku pake "situ" lagi. Ngecek kali sejauh mana aku belajar Islam.

Bahkan tentang wajib, sunnah, mubah, makruh bisa menjadi perbedaan pendapat. Misalnya merokok itu haram atau makruh? Ada yang bilang makruh, ada yang bilang haram. Yang jelas semua juga tau kalo merokok itu banyak racunnya. Kalo haram berarti yang melakukan berdosa, dengan alasan merokok adalah kegiatan yang merusak tubuh. Sedangkan kalo makruh berarti lebih baik ditinggalkan. Tapi yang sudah ketelanjuran merokok berat untuk melepas kebiasaan merokok.

Soal wajib, sunnah, mubah, makruh, sudahlah biar jadi pendapat masing-masing. Asal tidak menyakiti hati orang lain soalnya itu merusak hati, baru bisa dibersihkan kalo minta maaf pada yang disakiti hatinya. Kalo belum mau minta maaf ya sudah, sudah hatinya jadi gelap, rekening di bank pahalanya ditransfer ke yang disakiti hatinya.

Aku sedang mempersiapkan giveaway, blog baru, dan produk baru. Terfokus ke sana rasanya masih berat untuk blogwalking. Oh ya, waktu aku ikutan diklat guru PAUD ada satu yang pake cadar. Mau gak mau dia jadi bahan omongan. Sebetulnya kasihan juga, tapi soalnya begini, dia kalo ada diskusi tidak banyak bicara. Lalu saat outbond dia tidak ikut kegiatan. Kelompok minoritas memang jadi bahan omongan, nampak lain sendiri dan menyendiri, itu sudah hukum alam begitu. Aku rasa dia hanya nyaman di komunitasnya sendiri, di keluarganya yang sudah pasti suaminya mendukung kostumnya pake cadar. Bukannya aku menyalahkan dia, tapi itulah perbedaan persepsi tentang baju muslim. Wanita bercadar berpendapat wanita pake celana haram karena menyerupai laki-laki. Wanita nampak wajahnya haram, karena bisa menimbulkan fitnah bila ada laki-laki yang memandangnya. Sedangkan aku berpendapat baju muslim bahwa boleh nampak wajah dan tangan, juga pake celana, asal bukan yang ketat abis, transparan atau tipis.

Terus sebetulnya jadi manusia itu sebetulnya baiknya gimana siiiiih... salah satu pembicara pengajian menyatakan, bahwa kita tidak mungkin menghindari bersosialisasi karena yang dimaksud seimbang dunia akhirat adalah antara habbluminallah dan habbluminannas. Seimbang dunia akhirat bukan berarti kadang maksiat kadang ibadah, itu pantes dilempari tomat karena berarti TObat MAksiaT. Bersosialisasi dengan banyak memberikan sedekah, dimulai dari senyuman tulus dan perbuatan yang baik termasuk berusaha membahagiakan orang lain. Soal kostum gak usah terlalu dibahas deh, karena banyak perbedaan pendapat. Asal tidak pamer aurat berlebihan, aku yakin Allah pasti akan memberikan pahala bagi yang ikhlas sedekah. Dan biarpun kostumnya seperti jaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, tapi kalo bicara kasar, suka menyakiti hati orang lain, suka bohong, berkhianat, tetap saja rekening pahalanya terkuras habis malah rekening dosanya menumpuk. Jadi aku lebih terfokus pada kebaikan hati, bukan kostum.

Yah, semoga kita selalu mempererat silaturahmi dan ukhuwah, hilangkan perbedaan pendapat kalo bisa, walau sepertinya gak mungkin. Saat akhir zaman para mukmin akan bersatu untuk melawan dajjal, jadi gak ada gunanya terpecah-belah. Mau gak mau mesti menekan ego untuk menghilangkan kengototan perbedaan pendapat. Soal surga neraka itu hak Allah, dan manusia hanya perlu mengingatkan dengan cara sebaik mungkin. Itu sajalah curhatku hari ini...

Comments

  1. Itulah kehidupan bu, fanatik sana sini tp ga mau bersosialisasi, inget penampilan istri amrozi,hehe

    ReplyDelete
  2. mmm diborong mas wisnu ^_^....berani tampil beda memang harus pede...bahkan harus bisa improve agar tetap bisa beraktifitas dan sosialisasi tetap jalan

    ReplyDelete
  3. iya Mbak
    rem blog itu ternyata perlu

    aku sendiri juga suka di protes beberapa orang terdekatku
    kok sepertinya blog ku terbuka banget gitu.
    aku jadi merasa harus lebih di rem

    ReplyDelete
  4. Mungkin karena blog adalah media yang gak bakal komplain kalo uneg2 kita curahkan di dalamnya, jadinya kalo curhat di blog kadang2 suka kebablasan...

    ReplyDelete
  5. Saya suka kalimat yang ini Mb : "Soal kostum gak usah terlalu dibahas deh, karena banyak perbedaan pendapat. Asal tidak pamer aurat berlebihan"
    Banyak hal besar yang belum dapat diselesaikan oleh bangsa ini, jadi kita ga usah mengurus yang kecil2.... :)
    Salam kenal ya....

    ReplyDelete
  6. kalo ulu2 yg suka ngingetin mbak Ami seingat saya Gaphe... sekarang jrg baca komen dia lagi atau sayanya yg jrg BW...hehe


    ga mau ngomentarin soal kostum, biar sesuai pilihan masing2 saja. lagian kalau saya bilang si A kostumnya ga bener, belum tentu juga saya ini plg bener dlm hal kostum. Sdh sama2 dewasa, bisa berpikir mana yg baik dan tidak.

    ReplyDelete

Post a Comment