Potensi jadi kaya

Membaca buku pemberian Pak Dhe Cholik berjudul Keajaiban Seribu Dinar, digambarkan di situ tidak ada salahnya untuk menjadi orang yang punya banyak uang. Yang jadi masalah adalah orang kaya yang bagaimana. Orang kaya yang istiqomah adalah orang kaya tapi dermawan, taat beragama, dan berjiwa besar.

Apa kalo tidak punya uang banyak berarti manusia gagal? Ah menurutku tidak juga. Bagaimanapun juga menurutku potensi manusia lain-lain. Kalo semua jadi direktur, lalu siapa yang jadi karyawan. Kalo semua jadi pengusaha lalu siapa yang mau jadi tukang sapu jalanan. Semakin berpotensi seseorang, semakin besar tanggungjawabnya dalam hal memperbaiki dunia ini.

Andai kita sudah mendapat kesempatan pendidikan, dapat pekerjaan dengan gaji besar, maka tanggungjawab lebih besar dari kita untuk memperbaiki keluarga dan lingkungan dibanding yang memang kemampuan cara berpikirnya sederhana saja.

Tadi aku sempat ngobrol dengan teman saat kopdar entah kok aku pengen ngomong gini. Sedikit diedit tapi tidak mengurangi makna.

"Saat di awal belajar Islam, rasanya panik, sadar bahwa kita banyak melakukan kesalahan. Juga dunia ini begitu banyak maksiat. Timbul emosi yang berlebihan melihat suasana sekitar karena banyak orang tidak mau belajar dan menjalankan ajaran Islam secara benar".

Kuteruskan

"Tapi itulah pintarnya Iblis. Dia mengajari jin berwujud setan mempengaruhi manusia agar beranggapan bahwa  maksiat itu baik adanya. Semakin tinggi ilmu, semakin tenang tidak mudah emosi bahkan semakin merendah. Hati-hati, merasa lebih baik dari orang lain atau 'ujub adalah ajaran Iblis. Bukankan dia berkata bahwa dia merasa lebih baik dari manusia karena diciptakan dari api sedangkan manusia dari tanah".

Apa maksud dari kalimat-kalimatku di atas, aku tadinya adalah orang yang tidak tertarik untuk belajar Islam. Sudah merasa jadi Islam yang baik dengan bisa shalat dan bisa ngaji. Tapi karena sesuatu hal, saat ini aku jadi seorang pembelajar, ngebut untuk belajar Islam dalam katakanlah 2 tahun terakhir. Semakin paham Ilmu, maka tanggung jawab untuk menyebarkan ilmu semakin besar. Dan yang bisa aku lakukan hanyalah ngeblog.  Itupun dikomentari "tulisannya berat sepertinya gak ada yang mau kopas"... hehehe... biarin aja.

Bagaimana pendapatku tentang kaya... kaya apa dulu. Oke, kaya harta dan buku yang mengupas tentang bagaimana caranya menjadi kaya harta. Memahami buku yang memotivasi untuk jadi kaya secara benar menurut Islam dan menjadi orang kaya yang benar, tidak semua langsung paham dengan buku ini. Kayak ada yang pernah ngetag di Facebook gambar lucu tulisannya "Hidup tidak semudah perkataan Mario Teguh".

Dengan begitu banyaknya setan berwujud jin dan manusia, maka butuh kerja keras untuk jadi orang istiqomah. Hanya manusia pilihan yang Allah telah memberikan hidayah mampu berusaha untuk terus menjalankan ajaran Islam yang benar di jalan Allah.

Salah satu kekuranganku adalah tinggiku tidak sampai 160 cm, jadi mau ngotot kayak apa aku gak bakalan bisa jadi seorang pramugari. Potensi untuk jadi kaya manusia berbeda-beda. Almarhum Bapak pernah ditawari untuk menjadi anggota Partai tapi Bapak menolak karena merasa kemampuan beliau hanyalah menjadi seorang dosen. Tidak usah punya Mercy cukup berbahagia dengan mobil Mazda. Tapi bila ada seseorang memang punya potensi mengelola perusahaan besar, maka perlu punya Mercy untuk meyakinkan klien. Berbeda dengan jaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan sahabat-sahabat beliau, baju-baju yang mereka gunakan sangat sederhana tapi tetap sangat dihormati dan disegani.

Menurut pengarang buku "Keajaiban Seribu Dinar" yaitu Miftahur Rahman el-Banjary, MA, untuk bisa mencapai tujuan maka maksimalkan dengan otak kanan. Tapi teuteup... orang punya potensi masing-masing kaaan... mudah bagi pengarang buku ini tapi belum tentu mudah bagi yang membacanya. At least, beliau ini sudah memotivasi agar orang berpendapat bahwa jadi kaya harta itu tidak menyalahi ajaran Islam, dan menjadi orang yang kaya harta tapi dermawan, berjiwa besar sesuai ajaran Islam.

Pendapatku, carilah potensi diri, karena bila bekerja sesuai dorongan jiwa membuat hidup lebih mudah. Tapi nyatanya banyak orang jadi karyawan, mengeluh ini itu, ujung-ujungnya kompensasi capek bekerjanya dengan maksiat. Hanya manusia pilihan yang mau bekerja sepenuh hati, tetap bersyukur, tidak banyak mengeluh, banyak sedekah, taat beragama, dan seterusnya hal yang positif. Sedekah itulah yang akan mempermudah hidupnya baik dalam hal rejeki dan ketentraman hati. Bila punya potensi menjadi seorang wiraswasta, lakukan dengan sepenuh hati, banyak beribadah, terutama sedekah. Tapi bila potensinya di bidang pendidikan jalani sebagai pendidik dengan sepenuh hati juga.

Manusia punya potensi masing-masing, dorongan jiwa masing-masing. Sedikit OOT ya, aku pribadi tidak banyak uang di rekening bank dan dompet. Tapi setiap kali aku membutuhkan sesuatu ada saja yang membantu, Alhamdulillah. Walau sudah punya pekerjaan tetap, berusaha mencari tambahan dengan membuat toko online, tapi tidak ngoyo, semampuku sajalah. Aku ingin menabung untuk umroh, karena naik haji masih lama tahun 2019 dikarenakan waiting list begitu panjang. Rindu dengan Ka'bah, aku ingin sekali ke sana dan semua kuserahkan pada Allah. Sendirian juga tidak apa-apa karena saat di padang mahsyar manusia juga mempertanggungjawabkan perbuatannya sendiri.

Bagi yang hidupnya sepertinya sulit, aku do'akan semoga dimudahkan oleh Allah. Memaksimalkan otak kanan saran yang oke, tapi juga mesti ditambah dengan sepenuhnya berserah diri pada Allah..

Comments

  1. Siapa sih di dunia ini orang yg ga pengen kaya? ;p

    ReplyDelete
  2. Saya hanya bisa menikmati artikel diatas, gak berani komentar terlalu banyak, ilmu saya masih dikit. Tapi saya suka doa'nya;"Bagi yang hidupnya sepertinya sulit, aku do'akan semoga dimudahkan oleh Allah". Amin!

    ReplyDelete
  3. Saya sependapat mbak... jangan sampai kita terjebak pada kesyirikan otak kanan. Segala sesuatu jelas datangnya dari Allah. Jangan sampai usaha2 kita membuat kita menepuk dada bahwa semua hasil adalah karena kerja keras kita. Seberapapun kita berusaha kalau Allah tidak/belum menghendaki, maka kesabaranlah yang harus terus kita tumbuhkan.

    Salam kenal mbak. Saya suka tulisannya.

    ReplyDelete
  4. hanya mampu menikmati tulisan senior kepada juniornya seperti saya yang masih belum banyak makan asam dilaut garam digunung. .:)

    ReplyDelete
  5. "...aku pribadi tidak banyak uang di rekening bank dan dompet. Tapi setiap kali aku membutuhkan sesuatu ada saja yang membantu, Alhamdulillah."

    Ini yang disebut rezeki yang tak disangka-sangkat itu. Dan rezeki model begini hanya untuk yang Allah kehendaki. InsyaAllah. :)

    ReplyDelete
  6. @Niken:
    Suka banget saya baca komentar tauhidi seperti ini: "jangan sampai kita terjebak pada kesyirikan otak kanan. Segala sesuatu jelas datangnya dari Allah."

    Bener banget, hak manusia hanya berusaha, Hak Tuhan menentukan hasilnya. Biar bekeringat seember, kalau hasilnya cuman sesendok jg gapapa, yang penting halalan thayyiban ya.. hehehe.

    ReplyDelete
  7. Tidak ada salahnya menjadi orang kaya, karena tidak dapat dipungkiri, dengan harta yang banyak semakin banyak juga ibadah yang dapat kita kerjakan. Ibadah haji, perlu uang yang banyak. Zakat, Infaq, Shodaqoh perlu uang yang banyak juga. Menimba Ilmu pendidikan pun mesti punya uang juga. Namun yang perlu digarisbawahi adalah PROSES UNTUK MENDAPATKAN UANG ITU dan PROSES UNTUK MENGELUARKAN UANG ITU.
    Bukankah kita semua sudah mengetahui bahwa Harta Kekayaan adalah pemberian ALLOH yang akan dihisab lebih pedih? Akan ditanyakan dari mana kita dapatkan, dan digunakan untuk apa?
    Jadi inti dari komen disini adalah Tidaklah salah kita mencari harta sebanyak-banyaknya, namun fikirkan dengan cara apakah kita meraihnya dan dengan cara apakah mengeluarkannya.
    Salam Ukhuwah.. ^_^

    ReplyDelete
  8. termasuk doakan saya ya, agar lekas terentas dari kemiskinan. :)

    ReplyDelete
  9. ikut menyimak saja....dan terima kasih atas do'anya, semoga menjadikan saya selalu dekat dengan kemudahan.

    ReplyDelete

Post a Comment