Tujuan baik dengan cara yang baik

Bila aku menulis dengan cukup waktu, maka tulisanku aku akan kasih hadits dan ayat yang yang mendukung. Tapi bila nulisnya buru-buru maka kutulis aja uneg-uneg seadanya sajalah. Ini memang blog yang kutulis untuk belajar, mengingatkan diriku sendiri tentang pemahaman hidup. Tiap saat akan kuteriakkan "eureka", bukan hanya dari teori yang aku baca tapi dari yang kuperjuangkan dalam kehidupanku.

Misalnya ada yang bilang "kok ngomongin orang sih, kenapa gak coba diatasi sendiri, soal diteror gak usah dibahas di blog". Aku jawab "pasti ada hikmah terkandung di dalamnya. Sulit nulis hikmah tanpa contoh"

Ada temnku lain bilang "lebih dramatis kalo kita yang mengalami sendiri". Oke, aku tau ada orang yang hati-hati hanya akan nulis sesuatu yang obyektif saja. Tapi ternyata ada yang mengontakku lewat e-mail lalu nulis "aku juga merasakan hal yang sama". Barangkali suatu saat arsip lama akan tertumpuk tulisan baru. Akan ada pembersihan besar-besaran menyangkut nama orang lain yang kusebut di sini. Paling tidak berusaha disamarkan.

Tadinya aku berharap ada yang mau nolongin aku karena Islam mengajarkan, seseorang yang membantu orang lain maka urusannya akan dipermudah oleh Allah. Tapi tidak semudah itu, bantuan dalam bentuk membelikan tiket aku ke Bogor, meminjamkan mobil, tapi tidak banyak yang mau berurusan dengan keluarga yang sulit.

Akhirnya aku belajar lagi, lalu dalam Islam kupelajari, bahwa manusia yang berusaha mandiri maka lebih mulia daripada yang minta bantuan. Lebih mulia lagi manusia yang mau membantu, dan dijanjikan surga bila banyak membantu tanpa banyak diketahui orang lain.

Dalam perjalanan hidupku kutemui orang-orang yang mengaku bahwa mereka orang baik walau caranya kurang baik. Alasannya "kan Allah melihat dari hati bukan penampilan". Iya, kalo disuruh milih maka milih yang mana, penampilan baik tapi hati buruk, atau penampilan buruk maksud baik, atau penampilan baik dengan maksud baik.

Kisah ini menancap di hatiku tentang bagaimana nasehat seorang berilmu pada muridnya tentang tujuan baik dengan cara yang baik. Dengan bahasaku saja ya.

Dulu Sunan Kalijaga pernah dituduh memperkosa, ada orang memperkosa dengan baju seperti yang beliau pakai. Akhirnya Sunan Kalijaga lari ke hutan, dorongan jiwanya memutuskan untuk merampok orang kaya untuk diberikan pada kaum miskin. Mirip Robin Hood begitu.

Lalu lewatlah Sunan Bonang membawa tongkat yang berkilau, tongkat itu diminta oleh Sunan Kalijaga. Tapi karena Sunan Bonang adalah seorang yang berilmu akhirnya Sunan Kalijaga takluk dan menjadi murid Sunan Bonang.

Tidak usah dibahas soal berendam di sungai, berjalan di atas air atau kejadian yang gak masuk akal deh, bisa jadi itu hanya bumbu-bumbu kisah masa lalu.

Sunan Bonang menasehati Sunan Kalijaga agar bila membantu orang lain dengan cara yang baik dan jujur, walaupun yang dipalak orang-orang kaya, jahat dan serakah sekalipun. Akhirnya Sunan Kalijaga belajar Islam dan dengan kejeniusan beliau dan dukungan para Wali yang lain pulau Jawa ini diIslamkan dengan cara yang sangat halus dengan tradisi Jawa. Seperti kesenian yang digemari masyarakat Jawa tapi sarat dengan syair yang menunjukkan tentang pemamaham untuk meresapi kandungan dalam ajaran Islam.

Aku sendiri tidak mudah untuk mencerna pemahaman hidup ini, butuh proses panjang. Tadinya aku pengen ke Bogor dan melempari rumah di sana dengan batu, saking keselnya. Akhirnya aku memutuskan untuk lebih mandiri, banyak membantu orang lain. Soal anak, itu titipan dari Allah, bila sudah ditunjukkan kemudahan Insya Allah akan kujalani mengasuh mereka dengan sepenuh hati. Aku belum diberi kesempatan menemui mereka karena pemahaman hidupku belum cukup matang. Walau banyak membaca tafsir Al Qur'an banyak punya teori, ternyata untuk mematangkan jiwa, batin selalu tenang, sabar dalam bersikap semua butuh proses.

Lakukan hal yang baik dengan cara yang baik. Bagaimana mungkin Allah mengabulkan do'a bila kita masih melakukan hal yang menyakiti hati orang lain? Masih mengaku orang beriman bila masih bisa bicara "bersikap garang biarin yang penting untuk kebaikan", sebaiknya berusaha lebih halus lagi dalam hal menyampaikan segala sesuatunya...

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya (Riwayat Bukhori dan Muslim)


Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An Nahl : 125)

Comments

  1. yep begitulah dalam berbagi lewat berbagai cara...bisa dilakukan....minimal beban akan berkurang......daripada disimpan...mmmm bakalan depresi berat jadinya...ibarat gelas...jangan ditutupi...dibagikan saja kelebihannya ke orang lain, baik itu kelebihan dalam ilmu atau pengalaman (buruk/senang).....bisa sebagai pencerah dan hikmah bagi yang menerimanya.

    ReplyDelete

Post a Comment