Berhati-hati

Aku bukan orang yang cerewet di twitter. Entahlah, kadang kalo ngetweet muncul lubuk hati terdalam, marah-marah jadinya sedikit agak takut kalo keluarnya marah dan lagi ngaco gimana.

Yang namanya hidup itu kan gak selalu mulus. Entah kenapa sudah berusaha jadi orang baik, tetap aja yang fitnah. Aku cerita gitu ke sahabatku, komentarnya "Ahhh... para Nabi juga banyak yang fitnah, padahal akhlaknya mulia tak tercela".

Gak mungkin kita berharap dunia ini seperti yang kita mau. Sehingga akhirnya kita yang berusaha bersahabat dengan takdir. Harta, anak, pasangan adalah titipan belaka. Tapi nyatanya banyak orang kehilangan hal dicintainya bisa sampai histeris gak bisa nerima. Itu memang manusiawi, tapi jangan kelamaan, fokus sajalah untuk mencari bekal akhirat.

Minggu lalu aku diajak temenku ikut pengajian di masjid belakang Malioboro Mall. Pembicaranya Ibu Sitoresmi. Beliau ini keturunan bangsawan, pernah jadi artis, aktivis, membuka butik, pokoknya sangat kaya pengalaman. Sekarang beliau hijrah menjadi ustadzah, memberikan tausyiah dimana-mana. Aku sempet nanya tentang muslim ekstrimis, soalnya waktu aku diklat PAUD ngeliat ada yang pake cadar diam saja gak ikutan diskusi ataupun acara outbond. Menurut bu Sitoresmi karena mereka ini menyerap Islam mentah-mentah kurang luwes. Aku setuju, seperti halnya Para Wali Songo yang berdakwah lewat kesenian, membuat orang lain senang dan menikmati bukan tambah illfeel terhadap Islam.

Didukung Senin pagi kuliah Shubuh pembicara cerita supaya meninggalkan ritual yang tidak sesuai AL Qur'an dan Hadits. Cerita beliau sih di dekat rumah ada pesantren yang mengajarkan puasa untuk kesaktian dengan mantra tertentu ditambah ayat Kursi. Santrinya jadi kebal dengan senjata tajam, tapi menurut pembicara bisa jadi kekuatannya dari jin. Yah, sebaiknya berhati-hati dengan guru spiritual yang mengajarkan ritual tidak sesuai Al Qur'an dan Hadits. Al Qur'an yang gaib bila dibaca sepotong-sepotong memang bisa jadi mantra.

Aku juga pernah berdiskusi dengan pengarang buku Rehab Hati yang melakukan ruqyah syariah. Kata beliau mesti hati-hati bila belajar dengan guru spiritual yang ajarkan hal aneh-aneh termasuk kitab yang meragukan isinya. Nama beliau ini kalo disingkat adalah NAI, aku kontak lewat Skype.

Ini tweetku yang terinspirasi dari pengajian dengan pembicara Ibu Sitoresmi dan tanya jawab dengan Kang NAI.






Comments

  1. sama halnya ayam. tak selalu di goreng agar bisa menikmati hidangan yg enak.
    tentu, banyak cara olahan memasak agar enak menikmatinya...

    so, Islam itu fleksibel dengan budaya. Islam Rahmatalill'alamin...

    *kalem*

    ReplyDelete

Post a Comment