Under pressure

Beberapa tulisanku di sini aku tulis dalam keadaan under pressure. Kalo aku tidak dalam tekanan dahsyat (menurutku pribadi, dan tidak menurut orang lain) mungkin blogku tidak ada tulisannya, cuman copy paste.

Semua orang pasti pengen hidup makmur, ya gak... dihargai, kecukupan, dan disayangi pasangan hidup. Kenyataan hidup tidak seindah dan semudah itu. Biarpun udah tau secara teori "hidup hanya sesaat, lebih penting hidup di akhirat", atau "bersyukurlah selama kita masih bisa bernapas tanpa membeli", tapi kadang kesalahan teknis masih ada saja di luar kemampuan kita.

Pernah suatu saat aku numpang kendaraan teman laki-laki untuk mendatangi aqiqah seorang teman dalam komunitas yang sama. Berangkat bertiga, dua laki-laki, aku perempuan sendiri. Di tempat aqiqah, salah seorang temenku dijemput istrinya. Akhirnya aku pulang berduaan, tapi dibelokkan ke arah jalan dimana ada hotel jam-jaman di situ. Diajak ngobrol makan burger yang masih buka tengah malam. Aku beneran nangis bilang pengen pulang. Beberapa hari kemudian tersebar kabar kalo aku affair sama dia.

Pernah juga disidang sama kelompok teman akrab katanya "ada sumber bisa dipercaya kamu mengejar-ngejar suami orang". Dan aku gak ngerasa, itu kayak disidang, penuh dengan tekanan soalnya yang katanya sahabatku itu dia lebih percaya dengan sumbernya daripada ceritaku. Niatnya temenku meluruskan kesalahanku. Akhirnya beberapa bulan kemudian aku memutuskan gak gabung di gangku ini yang entahlah, memang aku merasa gak nyaman ketemu mereka lagi.

Semenjak memperdalam Islam, ada aja kejadian aneh-aneh, yang benar-benar tak terduga. Serentetan orang memblokirku di Facebook, padahal tadinya aku suka ikutan gabung ma mereka.

Kadang lucu memang, kalo aku membaca tulisan di komunitas indigo kalimatnya "aku merasa berasal dari planet lain, dimana orangnya saling menyayangi tidak menjatuhkan orang lain. Dekat dengan alam dan merawatnya. Di bumi serasa jadi alien."

Waktu aku di Bogor tinggal di rumah mertua (mantan), ada cucu mertua mau berulang tahun belum-belum dia teriak-teriak "si Ami gak boleh datang di ulang tahunku". Atau saat bulan puasa aku gak boleh ikutan makan hasil masakan mertua, alasannya gak nyumbang belanja. Mereka semua berbuka puasa, aku merasa sedih banget di kamar.

Di komunitas indigo kita saling sharing, mengingatkan, yang indigo dewasa (matang) memberi nasehat pada yang kekanakan, dan itu tidak bergantung pada umur. Tapi boleh dibilang semua merasakan menjadi seseorang yang dijauhi lingkungan.

Rasanya setan membisiki non indigo di sekitar indigo untuk menjatuhkan mental. Ada aja indigo bilang "aku gak nyaman jadi indigo, mending kemampuanku dihilangkan saja". Sebetulnya aku indigo apa bukan sih... yang jelas aku seperti bisa merasakan yang mereka rasakan. Indigo itu old soul, walau umur muda, jiwanya tua. Jadi diajak gaul, sulit, karena rasa empati yang tinggi, katakan gampang nangis melihat perang. Jadi mainnya bukan perang-perangan, tapi ngajak damai. Cuman susah, karena orang di sekitar sudah memandang aneh karena proses pemahaman kadang sulit dimengerti. Suka ngeliat yang gak diliat orang lain, ketakutan sendiri, atau bahkan lebih nyaman dengan teman yang gak kelihatan.

Sampe nekat kenalan dari orang luar, ajak chatting, siapa tau dapet yang pemahamannya sama. Ah, muslim di Arab lebih parah ternyata, banyak yang biadab. Tapi hidup jalan terus kan, dan terus ikhtiar untuk menjadi muslim yanglebih baik lagi...

At first, I thought I was an indigo. What is an indigo? People who have the psychic abilities, sixth sense. There is even a machine that can detect whether someone is an indigo or not. Then I learned about sufism. There are different types of sufism, thats why we have to be careful. Get closer to Allah, purify our heart, help others, and dont hurt someone's feeling. I hope I can find someone who can understand what I mean...

Comments

  1. Terkadang memang seperti itu ya mbak, susah sekali mengharapkan orang lain mau memahami apa yang kita rasakan. Seperti cerita mbak diatas saat diajak ngobrol makan burger. Kalo sudah spt itu, biasanya aku lbh baik diam saja, terserah org lain mau bilang apa hehehe..enjoy saja mbak...

    ReplyDelete
  2. hmm... sabar ya mba.. kalo indigo itu semacam indra keenam gitu mba? bisa merasakan apa yg orang lain rasa ya? subhanallah... berarti berpotensi besar buat bisa perhatian sama orang lain ya mba

    ReplyDelete
  3. seru dan saru... hidup yang menyenangkan ya itu, bisa disaksikan setiap hari di tivi. semoga mbakyu punya model sendiri dalam menjalani hidup ini hihi

    ReplyDelete

Post a Comment