Perjalanan menuju ma'rifat

Aku paling gak suka kalo ada yang ribut-ribut soal bahas kerudung yang berpunuk onta atau bentuk leher kelihatan itu masuk neraka.

Kebetulan aku besar di lingkungan keluarga yang aktif, biarpun 5 perempuan semua tapi bisa nyetir mobil, sibuk organisasi, dan bukan tipe yang suka berdandan. Aku cuman punya lipstick satu sekarang ini, jangan tanya koleksi brosku, aku cuman pake peniti untuk pake kerudung.

Memperhatikan wanita yang suka berdandan baru akhir-akhir ini. Bahkan ngantar anak ke sekolah mesti pakai maskara, blush on, eye shadow, kerudung ala hijabers. Biasanya pake legging atau celana jins ketat tapi atasnya dikerudungin apa iya langsung menghakimi... "woy... kamu gak akan bisa mencium bau surga, ada haditsnya loh...".

Bapak seorang kenalanku, seorang NU yang tinggal di desa. Tidak pernah membuka internet yang isinya ribut membahas dalil-dalil ini itu. Dan cerita dari kenalanku meninggalnya sangat tenang, bahkan sempat memberi wasiat yang mengharukan "tolong kalau ada tamu beliin makanan ya kalo aku meninggal, dari uang kita, bukan makanan sumbangan tetangga".

Almarhum Bapakku yang Muhammadiyah meninggal saat sholat Shubuh, berjamaah dengan ibuku. Waktu itu ada acara mau keluar kota, mobil sudah dipanaskan, gerbang pintu dibuka, malah dipakai untuk mengantar Bapak ke UGD saat menghembuskan napas terakhir.

Ibu mertua kakakku jarang menggunakan kerudung. Hidupnya sebagian besar dihabiskan untuk mencari nafkah karena suaminya masih ada tapi sakit. Mencari keuntungan sekedarnya, selalu jujur dan banyak memberi. Meninggal saat naik haji dibiayai putrinya.

Ribut masalah dalil, hadits, syariat sampai kita lupa masalah hati. Orang sufi bilang hanya melalui tarekat bisa masuk surga. Menurutku tasawuf hanyalah sarana saja. Walaupun bisa bicara tinggi masalah apa itu syariat, tarekat, hakekat, ma'rifat, tapi kalo hatinya dipenuhi kemarahan, kebencian, menyalahkan orang lain, apalagi menyimpang syariat tapi mengaku ma'rifat yang paling bahagia ya iblis.

Aku kenalan dengan banyak laki-laki muslim di dunia maya ini mengaku "aku ini orang baik loh". Terus aku tanya, "emang baiknya gimana". Ada yang jawab "aku ini hapal ribuan hadits, bla bla bla". Tapi tau gak... percakapan berikutnya dia ngebahas film porno, aku disuruh buka skype terus selama dia kerja. Aku bilang "aku mau manage waktu", jawabnya "ya udah gak usah temenan lagi".

Lebih baik melakukan kebaikan dalam hal kecil tapi rutin daripada besar tapi jarang. Mencoba meyakinkan orang lain kayak, aku hapal ayat Quran, aku hapal banyak hadits, tapi isinya cuman untuk dipamerkan ya percuma. Mending menunjukkan sedekah, boleh kok kita bersedekah dan orang lain tahu. Definisi riya' itu bila niatnya bukan ditunjukkan pada Allah, tapi kebanggaan bila dipuji orang. Orang ikhlas akan selalu merendah, dan merendah.

Sedikit tergelitik dengan blog yang mengajarkan untuk menghadirkan mursyid di pikirannya saat sholat. Ini linknya http://sufimuda.net/2013/04/25/syariat-tarekat-hakikat-dan-makrifat-itu-satu/

Kafiyat masing2 tarekat itu pada dasarnya sama. Intinya bagaimana bisa menyambungkan tali rohani dgn Rasulullah saw lewat rohani mursyid. Tentang kafiyat bisa ditanyakan kepada Guru yang mengajarkan anda zikir, saya tidak mengajarkan disini, itu biasanya khusus diajarkan oleh Guru atau khalifah Guru yg telah mendapat izin ketika mulai belajar zikir. Kifiyat itu pula yg terus dipakai sampai ajal menjemput. Menghadirkan Mursyid dalam ibadah itu tidak syirik, itu sebagai latihan bagi murid dalam mencapai tahap makrifat. Lebih bagus menghadirkan mursyid dari pada dalam ibadah terbayang wajah orang yg tidak kita kenal, atau menghayal ttg hal2 yg tidak bermanfaat. Imam al-Gazali dan banyak ulama menganjurkan bahkan mewajibkan terutama dalam zikir agar tidak tersesat. Orang yang mengatakan menghadirkan mursyid adalah syirik krn mrk tidak mengetahui ttg ilmu tarekat. Dari semua uraian, kuncinya kita harus memiliki Guru Mursyid agar terus mendapat bimbingan.

Sudah serius baca makna syariat, tarekat, hakekat, ma'rifat.... loh, kok dia menyarankan membayangkan mursyid saat sholat. Aku jadi ingat film Eat, Pray, Love. Di situ pemerannya belajar meditasi di India, saat meditasi di ruangannya ada foto seorang wanita, pendiri kelompok meditasi itu. Pada wanita itulah meditasi ditujukan agar pikiran bisa tenang. Kenapa tidak minta bimbingan pas kajian saja, dan pas sholat kita berusaha sendiri untuk menujukan hati dan pikiran kita pada Allah SWT. Mau tau reaksiku baca blog itu sesudah menemukan penjelasan soal mursyid, perutku langsung mules... Iblis pasti senang banget ada orang sholat membayangkan manusia agar dibimbing.

Teman diskusiku bilang bahwa belajar tarekat itu boleh sebagai sarana mendekatkan diri pada Allah. Tapi bila sudah meninggalkan syariat, menghadirkan seseorang saat sholat, sepertinya keliru. Apalagi kalo orangnya kikir, berat membantu orang lain, tega menggunakan yang bukan haknya, tidak mau bertaubat, ilmunya digunakan untuk menyalahkan dan mengancam orang, apa orang seperti itu ma'rifat?

Mau paham hakekat atau enggak, bila hatinya lurus dengan tidak menyimpang syariat, berarti sudah di jalan yang benar.

Dulu suka nyengir kalo baca blog yang menawarkan kekayaan dengan singkat. Yang tebakan togel, pesugihan, pengasihan, atau yang lainnya dan itu ditawarkan di dunia maya. Sekarang tambah lagi, menawarkan mursyid untuk dibayangkan saat sholat agar mempermudah mencapai ma'rifat.

Cuman bisa berdo'a saja, semoga kita semua ditunjukkan jalan yang benar oleh Allah...

Comments

  1. yang penting sesuai syariat, mba. apalagi katanya ada 70 golongan dalam umat islam ya. tentu penafsirannya beda2. soal punuk onta aku berusaha untuk biasa aja pake jilbabnya.

    ReplyDelete

Post a Comment