Orang baik masuk surga, orang jahat masuk neraka

Orang baik masuk surga, orang jahat masuk neraka. Itu semua juga sudah tahu. Ada temanku bilang, kenapa kamu sukanya membahas surga terus, bukannya surga adalah milik Allah dan yang penting keikhlasan berbuat baik. Dan guruku juga pernah membahas bahwa yang penting adalah mengharap Ridho Allah bukan takut neraka dan ingin surga. Bagaimanapun juga banyak hadits dan ayat Qur'an yang memberikan petunjuk bagaimana caranya agar menjadi penghuni surga kelak.

Aku ingat dulu aku pernah teriak-teriak di depan rumah seorang wanita yang tidak memperbolehkan aku ketemu anak-anak kandungku di daerah jalan Sudirman Bogor "yang memutuskan hubungan anak dengan ibunya akan masuk neraka !!!". Waktu itu aku histeris, tahun 2010 masih awal aku belajar Islam (sekarang juga masih belajar). Ibu yang menggunakan kerudung itu nampak panik, terus mengeluarkan anak-anak kandungku yang berumur 6 tahun. Waktu mereka keluar mereka bilang "kita gak punya ibu". Terus aku bilang "sini ibu foto supaya bisa masuk blognya Ibu". Pertemuan yang aneh, hanya sekitar setengah jam saja.

Dari aku belajar Islam akhirnya aku tahu bahwa Allah akan mempercepat siksa dunia dan menyimpan di akhirat bagi yang memutuskan hubungan silaturahmi dan menzalimi orang lain. Selain itu bagi yang menzalimi orang lain, dia memberikan pahala yang dimilikinya pada yang dizalimi, sampai pahalanya terkuras habis lalu akhirnya dia mengambil dosa milik yang dizalimi. Itu keuntungan orang yang dizalimi dan berusaha sabar.

Selain itu bagi yang punya hutang di dunia ini, sama saja. Kalau tidak mau melunasi di dunia maka dia akan membayar dengan pahalanya di akhirat, kalau tidak punya pahala maka mengambil dosa orang di dia berhutang. Itu berlaku bagi semuanya, tidak terkecuali pejabat yang tidak amanah, mengeruk uang yang seharusnya untuk rakyat. Boleh jadi saat di dunia hidupnya foya-foya, tapi saat di akhirat pertanggungan jawab korupsi pada rakyat banyak membuatnya terjun bebas ke neraka sangat dalam.

Perang batin dalam tubuh kita, aku sering mengalami hal itu, pengennya itu mengutuk pelaku kejahatan masuk neraka. Boleh saja mengutuk masuk neraka, tapi mendo'akan kebaikan untuk pelaku kejahatan akan mendatangkan pahala buat kita. Toh mereka akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan mereka.

Pembunuhan dan penyiksaan di Mesir, Palestina dan Suriah, membuka mata dunia tentang siapa sebetulnya pelaku kejahatan di akhir jaman ini. Orang-orang yang mati syahid, mereka menjadi penghuni surga. Mereka tidak menikah dengan bidadari di surga, tapi menikah dengan wanita sholehah di bumi yang di surga menjelma menjadi lebih cantik daripada bidadari. Semakin banyak yang berdoa, maka tinggal menunggu waktu saja para penjahat akan mendapat azab di dunia dan akhirat.

Islam sedang diuji, seperti halnya dulu pengeboman menara WTC di Amerika. Sekarang sesama Islam berperang. Terutama di Mesir dan Suriah. Mesir yang banyak sekali masjid-masjid dan institusi pendidikan Islam sangat terkenal kenapa bisa dipimpin orang yang menerapkan tangan besi. Karena konspirasi tidak pernah berhenti menjatuhkan Islam, dan kenapa Islam. Karena memang iblis ingin menggoda manusia beriman agar masuk neraka, dan orang beriman sesuai keyakinan Islam adalah muslim.

Tentang jihad, kita di negara lain lebih baik untuk memberi bantuan dan misi perdamaian. Karena dengan memasang badan bukannya militer semakin reda, tambah banyak manusia dibunuh dan wanita diperkosa. Sedapat mungkin menyelamatkan jiwa yang terancam. Misi-misi diplomatik untuk perdamaian dan mencegah pertumpahan darah.

Kita sudah tahu bahwa ya'juj ma'juj yang haus darah akan memojokkan orang-orang beriman. Tapi ya'juj dan ma'juj akan menjadi bangkai. Kita tahu setelah dajjal akan muncul Imam Mahdi. Selalu akan ada kemudahan dibalik kesulitan. Tinggal menunggu waktunya saja.

Tetap berusaha untuk tetap hidup dengan optimis dan mengisi hari-hari dengan kegiatan positif. Membuka mata bahwa ujian dalam kehidupan itu akan selalu ada dan mesti tambah kuat untuk mengatasinya...

Comments

  1. kebaikan dan kejahatan hanya bisa terlihat secara kasat mata bagi manusia,
    namun apa sebenarnya yang terjadi bisa dilihat secara nyata oleh TUHAN,
    dan itulah yang menentukan apakah seseorang masuk surga atau masuk neraka,
    masih suasana lebaran kan,
    sambil ngucapin mohon maaf lahir batin, sambil mata lirak lirik kiri kanan nyari ketupat,
    happy independence day for my Indonesia...merdeka :-)

    ReplyDelete
  2. Menurutku, (thanks buat pak Arya) jihad mesti dilandasi hati bersih karena Allah. Bukan karena nafsu ingin berperang, keinginan berkuasa dan balas dendam. Lebih baik memperjuangkan perdamaian... serahkan pada ahlinya. Atau ramai-ramai nulis di blog, twitter memberi dukungan serta doa dan materi...

    ReplyDelete
  3. Kebaikan dan keburukan akan selalu berbalas bhkan tanpa qt berdoa atau mengutuki
    Nice post :-) goodluck

    ReplyDelete
  4. Iya, tapi mendoakan demi kebaikan kita akan mendapat pahala. Selain itu doa kita akan dikabulkan Allah. Terus berbuat baik pada orang, minimal mendoakan, bahkan pada orang jahat sekalipun, tanpa kita perlu berurusan dengan mereka lagi

    ReplyDelete
  5. Orang baik masuk neraka dan orang jahat masuk surga sepertinya jaman kunow dan jaman now jelas sudah nampak, kenapa tidak? karena orang suka, khianat janji, penipu, korupsi,suka main perempuan dan sebagainya misa masuk surga...ya jelas orang baik-baik pada kesel tanpa sadari pada hujat,menghibah tanpa sadari mengurangi dosa-dosa si ahli maksiat tadi sehingga, si taat tadi bertambah dosa gara-gara ghibah si maksiat dan akhirnya nerakalah yang dekat dengannya. Akhir kata Ahli maksiat tersenyum gembira dan ahli ibadah duka cita

    ReplyDelete

  6. Kisah Ahli Taat Masuk Neraka dan Ahli Maksiat Masuk Surga

    Fudhail bin Iyadh menyampaikan nasehat, “Wahai orang yang patut dikasihani, kamu orang jahat, tetapi menganggap dirimu baik. Kamu itu orang jahil tetapi menganggap dirimu berilmu. Kamu bakhil, tetapi menganggap dirimu dermawan. Umurmu pendek, tetapi angan-anganmu panjang.”

    Perkataan tersebut dibenarkan oleh Imam Dzahabi, “Demi Allah, sungguh benar apa yang beliau nyatakan. Kita ini zalim, tetapi justru merasa dizalimi. Tukang makan yang haram, tetapi merasa diri kita orang suci. Fasik, tetapi merasa diri kita saleh. Mencari ilmu untuk mengejar dunia, tetapi merasa mencarinya karena Allah semata.”

    Sungguh, perkataan dua ulama ahlussunnah tersebut menggedor pintu hati, merobek tabir jiwa, dan menampar wajah kita dengan kenyataan yang kita tutupi. Seringkali kali kita merasa sebagai orang baik, saleh, dan berilmu. Padahal, pantaskah kita menyematkan predikat baik, saleh, dan berilmu pada diri kita.

    Kita tertipu oleh diri kita sendiri akibat bangga diri dan sifat sombong. Dengan memiliki sedikit dari karunia Allah berupa ilmu dan amal kebaikan, tak lantas menjadikan kita sebagai manusia suci. Tak lantas memberikan wewenang kepada diri kita untuk menduduki peringkat orang-orang saleh.

    Keadaan kita di akhirat kelak hanyalah kehendak Allah. Dikarenakan oleh rahmat-Nya saja kita akan bisa mendapatkan kebaikan yang melimpah dan kenikmatan yang tiada akhir di dalam surga yang hijau lagi permai. Sungguh tertipu diri kita jika mengira akan masuk surga disebabkan hanya oleh amalan-amalan kita.

    Sedikit amal membuat kita ujub. Sedikit amal membuat kita memandang rendah orang lain. Sedikit amal membuat kita menjadi hakim atas tindakan benar-salahnya orang lain. Tak ingatkah kita kisah ahli taat yang masuk neraka dan ahli maksiat yang masuk surga?

    Disebutkan dalam kitab Sittuna Qishshah kisah ahli ibadah yang masuk neraka dan ahli maksiat yang masuk surga.

    Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Pada zaman Bani Israil dahulu, hidup dua orang laki-laki yang berbeda karakternya. Yang satu suka berbuat dosa dan yang lainnya rajin beribadah. Setiap kali orang yang ahli ibadah ini melihat temannya berbuat dosa, ia menyarankan untuk berhenti dari perbuatan dosanya.

    Suatu kali orang yang ahli ibadah berkata lagi, ‘Berhentilah dari berbuat dosa.’ Dia menjawab, ‘Jangan pedulikan aku, terserah Allah akan memperlakukan aku bagaimana. Memangnya engkau diutus Allah untuk mengawasi apa yang aku lakukan.’

    Laki-laki ahli ibadah itu menimpali, ‘Demi Allah, dosamu tidak akan diampuni oleh-Nya atau kamu tidak mungkin dimasukkan ke dalam surga Allah.’

    Kemudian Allah mencabut nyawa kedua orang itu dan mengumpulkan keduanya di hadapan Allah Rabbul’Alamin. Allah ta’ala berfirman kepada lelaki ahli ibadah, ‘Apakah kamu lebih mengetahui daripada Aku? Ataukah kamu dapat merubah apa yang telah berada dalam kekuasaan tanganKu.’

    Kemudian kepada ahli maksiat Allah berfirman, ‘Masuklah kamu ke dalam surga berkat rahmat-Ku.’

    Sementara kepada ahli ibadah dikatakan, ‘Masukkan orang ini ke neraka’.”

    (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Mubarak dalam Az-Zuhd, dan Ibnu Abi Dunya dalam Husn Az-Zhan, dan Al-Baghawi Syrah As-Sunnah)

    ***


    Kisah tersebut mengandung celaan kepada seseorang yang mengklaim dirinya sendiri sebagai hakim kebenaran. Kisah tersebut memberikan faidah bahwa seseorang yang memastikan orang lain masuk surga atau neraka, berarti ia telah mengakui memiliki sifat ketuhanan.

    ***

    Referensi:
    Sittuna Qishshah, Rawaha An-Nabi Wash-Shahabah Al-Kiram. Muhammad bin Hamid Abdul Wahab. (Terjemahan: 61 Kisah Pengantar Tidur. 2013. Jakarta: Penerbit Darul Haq)

    Aina Nahnu min Akhlaq As-Salaf. Abdul Aziz bin Nashir Al-Julayyil; Baha’udin bin Fatih Uqail. (Terjemahan: Meneladani Akhlak Generasi Terbaik. 2011. Jakarta: Penerbit Darul Haq)

    ReplyDelete

Post a Comment